Kala Teknologi AI China Turun Tangan Deteksi Virus Corona
Cyberthreat.id – Teknologi kecerdasan buatan (AI) memiliki andil cukup berarti ketika daratan China diguncang wabah virus corona.
Di Beijing, China, pekan lalu. Para penumpang kereta bawah tanah diperiksa secara massal apakah terkena gejala virus corona atau tidak. Namun, tak mungkin, memeriksa massal itu dengan petugas kesehatan.
Saat itulah, teknologi kecerdasan buatan mengambil alih tanggung jawab petugas kesehatan.
Dua raksasa perusahaan AI China turun tangan untuk melakukan itu: Megvii dan Baidu. Mereka mengembangkan sistem pemindaian suhu tubuh. Alat pindai itu akan mendeteksi suhu tubuh dan mengirimkan peringatan kepada pekerja perusahaan jika suhu tubuh seseorang tinggi hingga demam.
Pada awal Februari, Megvii memprakarsai program percontohan di stasiun kereta bawah tanah Mudanyuan, tidak jauh dari Universitas Peking.
Sebelumnya, Baidu meluncurkan pemindai suhu di satu stasiun kereta bawah tanah di kota.
Berita Terkait:
- Diterpa Wabah Corona, China Bangun Platform Sekolah Online
- SenseTime China Pun Tawarkan Belajar AI via Online
Peluncuran Megvii dan Baidu dilakukan tak lama setelah pemerintah Beijing menetapkan langkah-langkah pemantauan suhu di semua stasiun kereta bawah tanah kota, tulis Insider.com, Kamis (13 Februari 2020).
Sistem AI Megvii, yang memantau sebanyak 16 pos pemeriksaan dalam satu stasiun, dapat mendeteksi suhu tubuh hingga 15 orang per detik dan pada jarak hingga 16 kaki.
Menurut perusahaan, sistem beroperasi hampir sepenuhnya secara mandiri hanya membutuhkan satu pekerja untuk memantau teknologi.
“Sistem tersebut mengintegrasikan deteksi tubuh, deteksi wajah, dan penginderaan ganda melalui kamera inframerah dan cahaya tampak," kata Megvii dalam sebuah pernyataan.
"Sistem ini dapat secara akurat mendeteksi dan menandai suhu tubuh yang tinggi bahkan ketika orang mengenakan topeng, topi, atau menutupi wajah mereka dengan barang-barang lainnya,” perusahaan menambahkan.
Baidu, salah satu perusahaan mesin pencari terbesar di China, menyaring penumpang kereta bawah tanah di stasiun Qinghe dengan pemindai inframerah. Namun, mereka juga menggunakan sistem pengenalan wajah, mengambil foto wajah penumpang.
Jika sistem Baidu mendeteksi suhu tubuh setidaknya 99 derajat Fahrenheit, selanjtunya mesin mengirimkan peringatan kepada anggota staf untuk dianalisis. Teknologi ini dapat memindai suhu lebih dari 200 orang per menit.
Beijing memang sengaja menerapkan teknologi pelacak suhu yang tersebar luas saat jutaan orang kembali bekerja setelah liburan Tahun Baru Imlek. Ini diharapkan dapat mengendalikan penyebaran virus corona.[]