Kurikulum Indonesia Belum Mengenal Computational Thinking
Cyberthreat.id - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ingin memasukkan dua kompetensi baru dalam Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berlaku dalam Sistem Pendidikan Indonesia. Kurikulum ini merupakan kurikulum tetap diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum-2006 yang sebelumnya berlaku selama 6 tahun.
Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbud, Awaluddin Tjalla, mengatakan pihaknya sedang melakukan kajian terhadap Kurikulum 2013 untuk menambahkan kompetensi Computational Thinking dan Compassion.
Sebelumnya, di dalam kurikulum pendidikan nasional hanya dikenal empat kompetensi dasar yang disebut 4C, yaitu Critical thinking, Creativity, Communication, dan Collaboration.
"Kami mencoba melakukan kajian pada kurikulum kita. Ketika Pak Presiden dilantik yaitu pembangunan SDM dan pendidikan salah satu core, dan kedua kompetensi tersebut bisa mendukung misi tersebut," kata Awaluddin di Gedung Perpustakaan Nasional RI, Jakarta (18 Februari 2020).
Bebras Indonesia, organisasi non-profit bekerjasama dengan Google, mendukung Kemendikbud meningkatkan kemampuan murid dan guru di Indonesia melalui Gerakan Pandai. Melalui gerakan ini, 22 ribu guru dan 2 juta murid di 22 kota akan diberikan pelatihan Computational Thinking.
Bebras Indonesia memiliki misi untuk mempromosikan Computational Thinking (berpikir dengan landasan komputasi atau informatika) di kalangan murid dan guru. Website Bebras Indonesia saat ini dikelola oleh Kemendikbud.
Ketua Bebras Indonesia, Inggriani Liem, mengatakan Computational Thinking merupakan aktivitas yang mengedukasi anak untuk memiliki kemampuan problem solving di era digital. Solusi yang akan dicapai nantinya adalah hadirnya banyak aplikasi, software, dan sistem komputer.
Sedangkan Compassion berkaitan dengan hati nurani, dimana ketika anak sudah diperkenalkan dengan sistem komputer dan segala macam platform digital, maka dibutuhkan hati nurani dan etika dalam penggunaannya.
"Karena kalau semua di komputasi jadi robot nanti tidak punya hati, bukan manusia. Untuk bisa bikin robot harus kreatif, inovatif, harus tahu robot itu untuk apa. Jadi, computational thinking cuma platform, sistem computing kan ada manusianya," kata Inggriani.
Sejauh ini, Kemendikbud telah melakukan studi-studi internal yang di dalamnya terdapat penilaian kompetensi murid dan juga permasalahan keterbatasan guru untuk menyampaikan pelajaran computational thinking di ruang kelas.
Kemendikbud juga terus meningkatkan literasi digital kepada murid dan guru di Indonesia guna mendukung kebijakan yang sedang dikaji tersebut.
"Kami sedang menyiapkan untuk menyederhanakan persoalan computational thinking dalam proses pembelajaran," ujarnya. []
Redaktur: Arif Rahman