Tender 5G Siap Dibuka, Malaysia Tak Persoalkan Huawei
Kuala Lumpur, Cyberthreat.id – Malaysia berencana menerbitkan tender spektrum untuk jaringan 5G pada April 2020. Biaya pembangunan infrastruktur 5G diperkirakan menelan sekitar US$ 5,22 miliar selama lima tahun.
Menteri Komunikasi dan Multimedia Malaysia Gobind Singh Deo mengatakan, pemerintah Malaysia akan menentukan sendiri kemanan jaringan 5G-nya.
Gobind menyatakan tidak akan terpengaruh dengan seruan Amerika Serika terkait larangan penggunaan perangkat 5G Huawei.
AS selama ini mendorong negara-negara di dunia menolak teknologi 5G Huawei karena kekhawatiran peralatan tersebut dapat digunakan intelijen China untuk spionase. Namun, perusahaan berkali-kali menyangkal tudingan tidak mendasar tersebut.
Gobind menyadari bahwa Huawei menjadi isu yang sedang hangat di dunia terkait 5G. Namun, kata dia, Malaysia memiliki standar keamanan sendiri untuk memilih mitra jaringan 5G nasionalnya.
Berita Terkait:
- Huawei Tawarkan Kontrak 5G Tanpa ‘Backdoor’ dengan India
- BSSN Minta Huawei Beri Laporan Detail Soal Backdoor
"Posisi saya sangat jelas, kami memiliki standar keselamatan sendiri, kami memiliki persyaratan keselamatan sendiri," katanya dalam sebuah wawancara kepada Reuters, Senin (17 Februari 2020).
"Jadi, siapa pun yang berurusan dengan kami, siapa pun yang mengajukan proposal, kami harus yakin mereka memenuhi standar keamanan yang kami miliki," ia menambahkan.
Ditanya apakah Huawei telah membuat janji yang sama dengan yang dibuat kepadaa India, yaitu tidak ada pintu belakang (backdoor) di perangkat, Gobind mengatakan:
"Saya tidak berpikir kami melihat pada satu perusahaan tertentu ...," kata dia.
"Ketika Anda berbicara tentang keamanan, baik itu Huawei atau siapa pun, Anda ingin diyakinkan bahwa sistem apa pun yang mereka usulkan ... cocok untuk Anda. Kami tidak mengatakan kami tidak akan berurusan dengan satu perusahaan tertentu, karena umumnya memang ada masalah keamanan.”
Sejauh ini, Huawei telah menandatangani kesepakatan 5G dengan Maxis, operator jaringan seluler Malaysia, lalu perjanjian awal dengan perusahaan telekomunikasi lain seperti Acomata Group's Celcom dan Telekom Malaysia.
Selain Huawei, pelamar lain yang mencari bisnis 5G di Malaysia termasuk perusahaan Nokia (Finlandia) dan Ericsson (Swedia).
Gobind mengatakan pemerintah ingin melibatkan sebanyak mungkin perusahaan untuk mendorong persaingan yang sehat demi pelayanan yang lebih baik.[]