Wawancara Lengkap dengan BEI Terkait Tak Bisa Diserang DDoS
Pengantar:
PT Bursa Efek Indonesia mengirimkan surat keberatan terhadap pemberitaan media online teknologi Cyberthreat.id yang berjudul "Bursa Efek Indonesia Klaim Tidak Bisa Diserang DDoS".
Dalam surat yang diteken oleh Direktur Utama BEI Inarno Djajadi tertanggal 13 Februari 2020 itu, Dirut PT BEI mengatakan, berita yang diturunkan Cyberthreat.id bisa menimbulkan interpretasi yang tidak sesuai dan berpotensi memunculkan ancaman keamanan siber bagi seluruh infrastruktur information technology bursa.
PT BEI juga meminta agar redaksi Cyberthreat.id untuk dapat mencabut berita tersebut secepatnya guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Menanggapi permintaan itu, Pemimpin Redaksi Cyberthreat.id Nurlis E Meuko mengatakan berita yang ditulis Cyberthreat.id tersebut berdasarkan wawancara dengan Business Development Advisor BEI Poltak Hotradero di Jakarta pada Rabu (12 Februari 2020). Dalam melakukan kerja jurnalistik, redaksi Cyberthreat.id berpedoman pada Undang-Undang Pers dan Kode Etik Jurnalistik.
Menurut Nurlis, Cyberthreat.id tidak bisa mencabut berita yang sudah dipublikasi lantaran bertentangan dengan Pedoman Pemberitaan Media Siber yang diterbitkan oleh Dewan Pers.
Pada poin 5 huruf (a) Pedoman Pemberitaan Media Siber disebutkan, "Berita yang sudah dipublikasikan tidak dapat dicabut karena alasan penyensoran dari pihak luar redaksi, kecuali terkait masalah SARA, kesusilaan, masa depan anak, pengalaman traumatik korban atau berdasarkan pertimbangan khusus lain yang ditetapkan Dewan Pers.”
Berdasarkan pedoman itu, Nurlis mengatakan, "Kami tidak bisa mencabut berita tersebut. Kami hanya bisa meralat berita sesuai dengan keberatan narasumber. Kami bisa melayani hak jawab, tetapi bukan mencabut berita."
Transkrip lengkap wawancara dengan perwakilan BEI
Berita berjudul "Bursa Efek Indonesia Klaim Tidak Bisa Diserang DDoS" itu ditulis berdasarkan wawancara dengan Business Development Advisor BEI Poltak Hotradero. Editor kemudian meriset kasus-kasus serangan DDoS yang pernah menimpa bursa saham di negara lain seperti Hong Kong untuk melengkapi berita tersebut. Berikut adalah transkrip lengkap wawancaranya:
Wartawan Cyberthreat.id: Di luar negeri kan banyak bursa saham yang kena serangan DDoS, kalau di Bursa Efek Indonesia sendiri bagaimana langkah antisipasinya?
Poltak Hotradero: Sebenarnya kita gini, kalau di Bursa Efek Indonesia kita sih gak ada masalah dengan itu karena pada dasarnya kita tu, jaringan kita tu, secara hardware namanya RGEP. Jadi gak ada nyambung ke infrastruktur...
Jadi langkah antisipasinya bagimana?
Kita gak...karena by design memang gak...jadi...jadi...kita tuh...apa ya..arsitektur trading engineer Bursa Efek Indonesia pada dasarnya intranet. Gak nyambung dengan...
Gak nyambung dengan jaringan internet ya?
Nggak nyambung, makanya saya bilang tadi..
Jadi transaksi dengan internetnya sendiri kan...
Itu jembatannya dan itu diaudit. Selalu diaudit. Ada pengawasannya juga. Jadi, kalau ada apa-apa ya kita. Ini kenapa BEI ada transaksi yang aneh-aneh. Ya udah, kalau gak perbaikin gw shutdown loh. Jadi market integrity-ny begitu. Tapi, kalau misalnya tadi DDoS, Distributed Denial of Service, kita gak. Karena memang desainnya itu adalah intranet.
Kalau serangan-serangan cyber lainnya gimana pak?
Ya paling defacing doang.Paling ke website. Itu semua juga ngalamin. Cuma bagaimana kita ngamaninnya.Tapi ya, langkah ke sana sih gak ada.
Untuk mengantisipasi defacing begitu bagaimana Pak?
Ya, ehmm...saya gak bisa bicara atas nama orang IT ya, tetapi kita punya langkah-langkah antisipasinya.
Anda juga dapat mendengar wawancaranya dalam video berikut ini