Indonesia Internet Exchange Ditargetkan di 32 Provinsi
Jakarta, Cyberthreat.id – Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Jamalul Izza mengatakan, saat ini infrastruktur Indonesia Internet Exchange (IIX) baru tersebar di 14 wilayah, di antaranya Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya.
Ke depan, kata Jamalul, asosiasi menargetkan IIX akan terus dikembangkan hingga 32 wilayah. Sebab, dengan adanya IIX penyedia jasa internet (internet service provider/ISP) bisa menghemat trafik internasional antara 30-40 persen.
“Kami akan terus tambah untuk IIX di daerah, tergantung kebutuhan dalam wilayah tersebut,” kata Jamalul saat berbincang dengan Cyberthreat.id di kantornya, Jakarta, Selasa (11 Februari 2020).
Untuk membangun IIX, Jamalul enggan berbagi berapa besar anggaran yang dibutuhkan. Yang jelas, “Biaya tergantung kapasitasnya. [Besarannya] itu susah diukur, tergantung kapasitas dari masing-masing operator,” ujar dia.
Menurut dia, jika di suatu daerah tersebut jumlah operator (ISP) sudah banyak, “Memang, kami siapkan satu IIX. Penempatan IIX kami prioritaskan di kota provinsi. Jadi, maksimal 32 IIX ke depan tergantung kebutuhan setiap provinsi,” ia menambahkan.
Jamalul menegaskan, dengan semakin bertambahnya IIX, hal itu memudahkan akses internet di wilayah tertentu sehingga tidak perlu ke Jakarta, tapi cukup di wilayah itu dengan tujuan menghemat bandwith (lebar pita) dari daerah ke Jakarta.
APJII membangun IIX sejak Agustus 1997 sebagai upaya membentuk interkoneksi nasional antar ISP di Indonesia. Pelanggan suatu ISP dapat dengan mudah dan murah berkomunikasi dengan pelanggan ISP lainnya. Jika tidak adanya interkoneksi nasional, kecepatan lalu lintas informasi akan bergantung pada intekoneksi internet di luar negeri; trafik luar negeri ini yang sepenuhnya tidak dapat dikendalikan oleh ISP lokal.
Menurut APJII, ada sejumlah keuntungan yang didapat dengan adanya lalu lintas informasi nasional itu, antara lain:
- jalur yang relatif lebih murah ketimbang jaringan internet di negara lain
- jalur alternatif bagi ISP jika jalur koneksi ke internet yang dimilikinya (langsung ke luar negeri) mengalami masalah
- lebar pita tinggi antar ISP lokal akan memberikan insentif bagi penyedia informasi (content provider) menempatkan basis datanya di Indonesia, baik bagi penyedia informasi lokal maupun internasional, dan
- interkoneksi nasional ini dapat dimanfaatkan untuk layanan-layanan baru yang butuh lebar pita tinggi, yang mungkin dapat direalisasikan jika mengandalkan interkoneksi melalui negara lain yang biayanya relatif tinggi.
Permudah pantau keamanan
Jamalul mengatakan, kehadiran IIX praktis mengurangi trafik internasional yang sebelumnya begitu tinggi sekaligus memudahkan ISP untuk memonitor keamanan ruang siber.
"Dari sisi keamanan, kami lebih gampang memonitor. Terus, sisi kecepatan juga beda, lebih cepat kalau kita punya IIX,” ujar Jamalul.
Jika terjadi suatu serangan siber, menurut Jamalul, IIX akan sangat cepat mendeteksi. “Makanya, jarang banget sekarang orang berani melakukan sebuah serangan dari dalam karena pasti ketahuan. Kami bisa mendeteksi internet protocol (IP)-nya di mana," ia menuturkan.
Ia mengatakan, sebelum adanya IIX trafik internet harus berputar dulu ke luar negeri. Contoh, ketika seseorang mengakses konten di alamat lokal, karena tidak ada internet exchange (pertukaran internet), maka pengakses akan lebih dulu dirutekan trafik/lalu lintasnya ke internet exchange di luar negeri. Setelah itu, rute trafik akan balik lagi ke dalam negeri. Inilah yang dimaksud Jamalul bisa memangkas pemakaian belanja trafik internasional.
Menurut Jamalul, IIX telah bekerja sama dengan Content Delivery Network (CDN) luar negeri, seperti Akamai, Facebook, Alibaba, dan Google.
“Kami mengundang mereka untuk tersambung di IIX kami Begitu mereka sudah tersambung di IIX, masyarakat Indonesia ketika mengakses CDN dari luar tidak perlu dari internasional lagi. Akses jadi lebih cepat dan hemat lebar pita,” kata dia.
Selain IIX di luar APJII juga ada organisasi lain yang mengelola pertukaran internet, yaitu Open Internet Exchange Point (OpenIXP). OpenIXP dikelola oleh Internet Data Center (IDC) Indonesia.
"OpenIXP ini dikelola oleh komunitas. Kenapa kita tidak bisa hanya punya satu exchange? Karena kalau terjadi sesuatu sama satu exchange, tidak ada backup-nya dong," kata Jamalul.
Menurut dia, infrastruktur IIX perlu ada cadangannya karena akan riskan jika punya satu saja. Ia mencontohkan, trafik internet seperti perbankan, militer dan lain-lain hanya melalui satu jalur.
Jika jalur tersebut mengalami gangguan atau tidak bisa dipakai, internet Indonesia akan terhambat. “Otomatis sih [trafik internet] akan lambat karena harus muter dulu ke internasional, balik lagi ke lokal," tutur Jamalul.[]
Redaktur: Andi Nugroho