Ini Upaya Platform Medsos Menangkal Hoax Virus Corona

Ilustrasi | Foto : 99.co

Cyberthreat.id- Raksasa jejaring sosial, Facebook  mulai menghapus klaim palsu dan teori konspirasi tentang virus korona. Hal itu dilakukan Facebook sebagai upaya untuk memerangi penyebaran informasi yang salah tentang wabah virus corona.

“Perusahaan memiliki kebijakan saat ini untuk menghapus konten yang dianggap sebagai ancaman terhadap kerusakan fisik pengguna, dan telah menggunakan kebijakan itu di masa lalu untuk menghapus kesalahan informasi terkait vaksin, meskipun dalam kasus yang jarang terjadi,” tulis Kang-Xing Jin, kepala kesehatan Facebook seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat, (31 Januari 2020)

Para peneliti dan jurnalis juga telah mendokumentasikan semakin banyak kasus salah informasi tentang virus, mulai dari penjelasan rasis untuk asal penyakit hingga klaim palsu tentang penyembuhan ajaib.

Selain memperluas kebijakan penghapusannya, Facebook juga melakukan pengecekan fakta dengan mitra pihak ketiga yang independen, dan memberi tahu pengguna yang mungkin telah berbagi kiat pencegahan yang tidak akurat dan menyebarkan saran terverifikasi.

“Kami melakukan penyisiran proaktif untuk menemukan dan menghapus sebanyak mungkin" konten yang menyesatkan itu. Dan, itu akan memblokir atau membatasi tagar di Instagram yang dapat digunakan untuk menyebarkan kepalsuan,” tambah Jin.

Langkah yang dilakukan Facebook adalah, menempatkan prompt dan modul dalam Umpan Berita, yang dirancang untuk mengarahkan pengguna ke informasi yang akurat, dan juga mengambil panduan dari WHO.

"Ketika orang mencari informasi terkait virus di Facebook atau mengetuk tagar terkait di Instagram, kami akan mengembalikan modul informasi khusus dengan informasi yang kredibel," ungkap Jin.

Selain Facebook, upaya yang sama juga dilakukan oleh Twitter,Google Alphabet, serta YouTube.

Twitter, dalam menangani masalah ini, berusaha mengarahkan pengguna ke sumber yang dapat dipercaya. Twitter mendorong pengguna untuk mencari coronavirus dan untuk mengunjungi situs web Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.

“Perusahaan belum melihat disinformasi sejak coronavirus menjadi masalah di seluruh dunia.  Twitter memiliki kebijakan terhadap orang yang mencoba menyesatkan orang lain dengan kegiatan menipu,” kata salah seorang juru bicara Twitter.

Google Alphabet juga meluncurkan salah satu fitur yang disebut SOS Alerts untuk krisis coronavirus. Langkah ini dilakukan dengan menjalin kemitraan bersama WHO untuk mengeluarkan pembaruan berita dan sumber daya bagi siapa saja yang mencari tentang hal itu.

Peringatan akan menjadi hal teratas yang dilihat siapa pun, menawarkan kiat keselamatan dan pembaruan terbaru dari WHO.

Di YouTube, perusahaan tersebut belum mengambil tindakan khusus terhadap virus corona. Tetapi perusahaan itu berjuang keras untuk mempercepat kesalahan informasi dengan menunjukkan preview singkat artikel berita berbasis teks tentang wabah dalam hasil pencarian.[]