Travelex Diserang Malware di Malam Tahun Baru
Cyberthreat.id - Perusahaan pertukaran valuta asing, Travelex mendapat serangan siber pada malam tahun baru tepatnya pada 1 Januari 2020. Serangan itu memaksa pertukaran valas menangguhkan semua layanan online dan website resminya dengan cepat agar membatasi kerusakan yang ditimbulkan.
Dalam sebuah pernyataan resminya di Twitter, Travelex mengonfirmasi bahwa virus perangkat lunak ditemukan pada malam tahun baru yang telah membahayakan sebagian dari layanan. Investigasi saat ini tidak ada kebocoran data pengguna yang disebabkan oleh serangan ini.
"Investigasi kami sampai saat ini tidak menunjukan indikasi bahwa data pribadi atau data pelanggan kami telah disusupi," tulis Travelex di akun Twitter-nya, Jumat (3 Januari 2020).
Travelex telah mengambil sejumlah langkah untuk meminimalisir kerugian yang ditimbulkan. Perusahaan yang berbasis di London itu juga mengerahkan pakar dan ahli untuk menangani.
"Kami telah mengerahkan tim spesialis IT dan pakar cybersecurity eksternal yang bekerja terus menerus sejak malam tahun baru untuk mengisolasi virus dan memulihkan sistem yang terdampak. Sebagai pencegahan untuk melindungi data dan mencegah penyebaran virus, kami segera menarik semua layanan ke offline," kata Travelex.
Meskipun, dengan offline-nya layanan penukaran valas, Travelex masih dapat melayani layanan penukaran mata uang asing secara manual di semua cabangnya hingga masalah bisa teratasi.
CEO Travelex, Tony D’Suoza, meminta maaf atas dampak yang ditimbulkan akibat serangan siber ini. Mereka juga sedang berusaha untuk memulihkan sistem perusahaan tersebut agar dapat melayani para penggunanya dengan aman.
“Kami menyesal harus menangguhkan beberapa layanan kami yang mengandung virus guna dapat melindungi data (pengguna). Kami meminta maaf kepada semua pelanggan kami atas ketidak nyamanan yang ditimbulkan dan kami melakukan semua yang kami bisa untuk mengembalikan layanan penuh sesegera mungkin,” kata Tony seperti dikutip dari CisoMag, Jumat (3 Januari 2020).
Travelex merupakan perusahaan penukaran valas yang menyediakan penukaran mata uang asing secara online dan juga layanan penukaran over-counter (OTC) di lebih dari 27 negara. Mereka juga memiliki koneksi dan ikatan dengan bank-bank terkenal seperti Tesco Bank.
Serangan siber ini juga berdampak pada layanan online untuk Tesco Bank. “Sayangnya, layanan uang perjalanan online kami saat ini tidak tersedia karena masalah IT di mitra kami, Travelex. Sementara itu, anda masih dapat mengunjungi salah satu biro di dalam toko kami untuk mengumpulkan atau membeli mata uang anda. Maaf atas ketidak nyamanan yang terjadi,” tulis akun Twitter resmi Tesco Bank (@tescobankhelp).
Sebelumnya, laporan survei dari Lloyd Bank menunjukan bahwa kejahatan dunia siber telah melonjak ke posisi keempat dari tempat kedelapan sejak 2018. Keamanan siber (cybersecurity) telah muncul sebagai prioritas investasi utama bagi perusahaan keuangan di Inggris. Oleh karena itu, perihal keamanan siber ini menjadi sangat krusial demi menjaga kelancaran bisnis suatu perusahaan.[]
Redaktur: Arif Rahman