Ketum FTII: SDM Tantangan Terbesar Keamanan Siber
Jakarta, Cyberthreat.id - Ketua Umum Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII) Sylvia Sumarlin mengatakan Indonesia mengalami pergeseran tren literasi siber yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Pergeseran, kata dia, ke arah keamanan siber yang merupakan isu prioritas era digital. Khususnya memasuki era revolusi industri 4.0 dimana seluruh sektor industri berbasis Internet of Things (IoT).
Saat berdiri tahun 2002, FTII aktif melakukan literasi IT ke berbagai institusi pendidikan dan pemerintahan. Literasi digelar hingga ke kampus dan Kementerian, kerja sama dengan berbagai komunitas sampai kampanye internet sehat kepada ibu-ibu.
Kini, tren itu beralih ke arah program pendidikan IT dan pendalaman ruang siber dengan tujuan mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni.
"Karena ancaman siber dan ancaman digital itu sangat berpengaruh ke depan," kata Sylvia kepada Cyberthreat.id di Jakarta, Senin (13/05/2019).
Tantangan terbesar menurut Sylvia adalah menjalani proses dalam menyediakan sekaligus mempersiapkan talenta dan SDM seiring pesatnya perkembangan Information & Communication Technology (ICT) di segala bidang.
INDONESIA TARGET SERANGAN SIBER
Data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menyebut Indonesia mengalami 229 juta serangan siber sepanjang 2018. Suatu kondisi yang mengharuskan lembaga pemerintahan, BUMN hingga perusahaan swasta lebih serius membangun keamanan siber
Di bidang militer FTII terlibat dalam program khusus mempersiapkan pasukan TNI menghadapi perang digital. Sylvia mengatakan banyak peristiwa yang bisa jadi referensi ancaman siber nasional seperti kelumpuhan Estonia tahun 2007 akibat serangan siber Rusia hingga aplikasi teknologi perang Suriah dan Irak.
Tahun 2012 FTII terlibat dalam program pelatihan cybersecurity untuk Kopassus. Materi yang diajarkan dari menggelar infrastruktur, program deteksi, program intervensi, program pemulihan hingga pelatihan cybersecurity ke luar negeri.
Pada 2014 Kementerian Pertahanan membentuk tim ahli yang terdiri dari 12 pakar di bidang IT. Dari jumlah itu 9 orang merupakan pakar dari FTII yang salah satunya kini menjabat sebagai Ditjen Aplikasi dan Informatika Kominfo, Semuel Abrijani Pengerapan.
"Sekarang tahun 2019 semua Matra TNI dan sejumlah lembaga pemerintahan sudah memiliki konsep (cybersecurity) ini," ujar Sylvia.
Kini, program FTII untuk keamanan nasional di ruang siber terus berjalan. Ratusan anggota TNI kini telah memiliki skill di bidang cybersecurity hingga menjalani pelatihan siber ke luar negeri.
Cybersecurity juga sudah diterapkan dari Komando Daerah Militer (Kodam) hingga Pusat Intelijen TNI Angkatan Darat (Pusintelad).
"Nah, fokus ke publik yang dulunya kami lakukan sekarang diambil alih oleh Mastel, APJII dan sejumlah organisasi lainnya."