Hati-hati, Wanita Korban Terbanyak Deepfake
Cyberthreat.id - DeepTrace Labs, sebuah layanan dan penelitian pelacakan terhadap konten Deepfake, menyatakan korban terbanyak dari konten Deepfake sejauh ini adalah kaum wanita. Deepfake saat ini baru sampai pada level penggunaan untuk konten pornografi.
"Mayoritas Deepfake pornografi berisi wanita, sebagian besar aktris dan musisi terkenal. Selebihnya konten non-pornografi ditampilkan di YouTube yang sebagian besarnya laki-laki," demikian kutipan DeepTrace Labs dilansir Technology Review yang diakses Selasa (22 Oktober 2019).
Deepfake muncul akhir tahun 2017 yang kemudian berkembang dengan berbagai tujuan. Diantara konten Deepfake paling terkenal adalah Bos Facebook Mark Zuckerberg dan mantan Presiden AS Barrack Obama beredar di YouTube.
Akan tetapi, konten Zuckerberg dan Obama masih kalah dengan sekitar 14 ribu konten pornografi Deepfake yang berhasil dilacak DeepTrace dan beredar di berbagai platform serta situs pornografi.
"Deepfake pornografi adalah fenomena yang secara eksklusif menargetkan dan membahayakan wanita," ungkap seorang peneliti DeepTrace.
Negara bagian California di Amerika Serikat (AS) sudah menerbitkan undang-undang yang mengantisipasi perkembangan Deepfake ke arah yang lebih buruk seperti untuk tujuan politik.
Secara umum, pornografi Deepfake tidak diatur namun disebutkan korban Deepfake berhak melapor dan melawan jika terjadi manipulasi dalam konten video atau suara.
Tahun 2023 California sudah memasang rencana untuk melakukan Revisi UU Deepfake yang berlaku sekarang. Alasannya karena teknologi terus berkembang dan disesuaikan dengan tantangan yang semakin kompleks.
Untuk politik, banyak dikhawatirkan Deepfake bakal menghantui Pilpres AS 2020. Sebagaimana Pilpres 2016 yang dihantui oleh Firehose of Falsehood dengan semburan hoaks dan disinformasi, maka Pilpres AS 2020 ditakutkan mengalami semburan Deepfake yang membingungkan publik.
"UU ini melarang seorang politisi atau tim suksesnya menyebarkan konten Deepfake selama 60 hari dalam waktu Pemilihan. Konten Deepfake ini bisa menjadi disinformasi yang membingungkan pemilih," kata politisi Demokrat Marc Berman.
Rudy Giuliani, mantan walikota New York yang kini merupakan pengacara Donald Trump, pernah membagikan video deepfake Ketua DPR AS, Nancy Pelosi di Twitter.
Ini membuktikan elit politik pun rentan menjadi korban Deepfake, sama halnya dengan hoaks yang disebar tokoh berpengaruh sangat berbahaya. Belakangan Giuliani menghapus konten Deepfake Pelosi.