BSSN Sebut Perang Siber Lebih Berbahaya, Ini Alasannya
Banda Aceh, Cyberthreat.id – Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian menyatakan kemudahan teknologi memiliki risiko dan ancaman karena dapat digunakan oleh berbagai negara untuk memenangkan persaingan global.
Hinsa menyampaikan hal itu di sela-sela memberikan kuliah umum bertema "Peran Perguruan Tinggi dalam Cyber Security di Era Revolusi Industri 4.0" di Aula Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unsyiah Banda Aceh, Senin (7 Oktober 202019).
"Peperangan kini tidak hanya terkait dengan kontak fisik dengan senjata konvensional, peperangan telah berkembang menjadi perang siber atau informasi yang berbasis pada pengunaan teknologi informasi dan komunikasi," kata Hinsa.
Ia menjelaskan perang siber memiliki daya tembus dan daya rusak yang lebih berbahaya karena menyasar pola pikir sasarannya sehingga motivasi dan perilakunya berubah.
Menurut dia, setiap saat Pancasila dibombardir dengan peluru siber dalam bentuk informasi hoaks, konten provokatif serta opini penyesatan yang dirancang memicu radikalisasi dan konflik sosial yang berujung pada kerusuhan serta disintegrasi bangsa.
"Serangan siber hanya bisa dibendung jika seluruh komponen bangsa menyadari akibat fatal serangan ini pada kedaulatan bangsa Indonesia," katanya.
Ia mengatakan semua pihak termasuk perguruan tinggi harus berkomitmen untuk berkontribusi aktif sesuai dengan peran dan kemampuannya masing-masing.
Rektor Unsyiah Prof Samsul Rizal mengatakan kuliah umum tersebut bertujuan agar akademisi Unsyiah mendapatkan gambaran yang komprehensif terkait seluk beluk keamanan siber nasional.
"Kami menyampaikan terima atas kesediaan Kepala BSSN untuk berbagi pengetahuannya kepada mahasiswa Unsyiah, mengingat perkembangan teknologi saat ini telah mengubah pola komunikasi manusia," kata dia seperti dikutip dari Antaranews.com