Ransomware Infeksi Pabrik Alat Bantu Dengar Terkenal Denmark
Cyberthreat.id – Demant, salah satu produsen alat bantu dengar terbesar di dunia asal Denmark, memperkirakan merugi hingga US$ 95 juta setelah terkena serangan ransomware awal September lalu.
Ini salah satu kerugian paling besar dari serangan dunia maya di luar ransomware NotPetya, tulis ZDNet, Senin ( 30 September 2019). Meski begitu, perusahaan mengharapkan kerugian tersebut bisa ditambal oleh polis asuransi siber sebesar US$ 14,6 juta.
Sebelumnya, NotPetya diketahui menyebabkan perusahaan seperti raksasa pengiriman Maersk dan layanan kurir FedEx kehilangan uang masing-masing lebih dari US$ 300 juta.
Kerugian Demant lebih besar daripada yang dialami produsen aluminium asal Norwegia, Norsk Hydro yang juga diserang ransomware. Perusahaan ini merugi lebih dari US$ 40 juta.
Demant menyatakan ke publik terkait serangan itu pada 3 September lalu. Perusahaan pun langsung menutup seluruh jaringan teknologi informasi internalnya karena serangan itu bersatus kritis.
Demant hingga kini enggan membeberkan secara detail apa yang sebenarnya terjadi. Hanya, mereka menyatakan, “semua infrastruktur perusahaan terkena dampak.” Yang terdampatk, meliputi
Ini termasuk sistem perencanaan sumber daya perusahaan (enterprise resource planning/ERP), fasilitas produksi dan distribusi di Polandia, lokasi produksi dan layanan di Meksiko, lokasi produksi implan koklea di Prancis, lokasi produksi amplifier di Denmark, dan seluruh jaringan Asia-Pasifiknya.
Tampaknya, Demant membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk bisa memulihkan aset digitalnya. Apalagi pola kerusakan yang disebabkan oleh ransomware biasanya berlangsung berbulan-bulan, seperti yang dialami pemerintah kota Baltimore, AS.
Kerugian
Sebagian besar kerugian yang dialami Demant terutama pada penjualan dan tidak dapat memenuhi pesanan produk dari klien. “Dalam bisnis ritel alat bantu dengar kami, banyak klinik di jaringan kami belum dapat melayani pengguna akhir secara reguler," kata perusahaan.
Biaya untuk memulihkan dan membangun kembali infrastruktur TI-nya diperkirakan sekitar US$ 7,3 juta. Jumlah ini sekitar setengah dari perkiraan penjualan yang hilang dari alat bantu dengar.
“Insiden ini menyebabkan kami tak bisa mengejar target pertumbuhan ambisius kami di beberapa bulan paling penting tahun ini, terutama di AS yang merupakan pasar terbesar kami," kata Demant.
Bisnis ritel yang bakal terkena dampak terbesar seperti di Australia, AS, Kanada, dan Inggris.
"Aktivitas bisnis kami yang tersisa, implan pendengaran (hearing implants), diagnostik dan komunikasi pribadi (diagnostic and personal communication), juga telah dipengaruhi oleh insiden tersebut, tetapi dampaknya secara keseluruhan masih kecil," kata perusahaan.
Demant bukan satu-satunya perusahaan besar yang menderita infeksi keamanan siber besar dalam satu tahun terakhir.
Sebelumnya, serangan ransomware juga dialami perusahaan alat tempur Rheinmetall, Asco (produsen suku cadang pesawat), Norsk Hydro (produsen aluminium), Verint (perusahaan keamanan siber), Federasi Polisi Inggris, Aebi Schmidt (produsen kendaraan utilitas), Arizona Beverages, Altran, Bandara Internasional Cleveland, dan Hexion and Momentive (produsen bahan kimia).