Futurewei Dianggap Terlalu Bergantung pada Huawei
Cyberthreat.id – Surat perintah Presiden Amerika Serikat Donald Trump itu bak petir di siang bolong.
Perintah itu jelas dan tegas kepada Kementerian Perdangangan pada 15 Mei lalu. Huawei harus masuk Daftar Entitas, sederhananya: perusahaan masuk dalam pengawasan ketat dan dilarang berbisnis dengan perusahaan AS.
Huawei dianggap mengancam keamanan nasional AS. Padahal, berulangkali Huawei membantah tudingan perusahaan berafiliasi dengan intelijen pemerintah China.
Ketika kabar buruk itu datang, Futurewei, anak perusahaan Huawei di AS pun tak luput kena “hantaman petir”. Satu per satu perusahaan mitra kerjanya memutuskan kontrak kerja sama.
Futurewei dikucilkan perusahaan teknologi lain di AS meski secara aturan masih boleh berdagang di AS.
Bisnis Huaswei yang tersendat pun mengganggu tim riset dan pengembangan. Futurewei mengalami turbulensi di tingkat karyawan. Perusahaan pun mulai membubarkan tim dan memberhentikan orang. Pada Juli lalu, perusahaan mengumumkan bahwa lebih dari 600 pekerja di AS terpaksa dirumahkan.
Itu menggoncang para karyawan.
"Saya kira kita semua tidak mengharapkan PHK secepat itu," kata seorang mantan karyawan seperti dikutip dari Financial Times, Senin (30 September 2019).
Paul Tam, yang bekerja di Futurewei sebagai teknisi perangkat lunak dikontrak sejak 2017 hingga Mei 2019, mengatakan perusahaan memberhentikannya segera setelah Huawei dimasukkan ke dalam daftar hitam.
“Apa yang kami kerjakan pada [pengembangan teknologi] secara langsung terpengaruh ... Banyak vendor mulai membatalkan segera, jadi kami tidak dapat bekerja lagi,” kata Paul.
Futurewei mengarahkan karyawan untuk tidak berkomunikasi dengan Huawei, kata dua mantan pekerja.
Paul mengatakan dia dan teknisi lainnya disuruh berhenti mengirim email yang berisi informasi teknis ke perusahaan induk. "Mereka harus menunjukkan bahwa Futurewei adalah perusahaan independen," kata Paul.
Komunikasi resmi antara Huawei dan Futurewei juga mulai memburuk, dan karyawan Huawei dilarang bekerja di tim riset dan pengembangan tesebut.
Ini perubahan paling signifikan.
"[Padahal sebelumnya] kami benar-benar tidak membedakan antara Futurewei dan Huawei sampai pemerintah menempatkan Huawei pada Daftar Entitas (baca: daftar hitam)," kata Tam.
Teknisi dan mantan karyawan lain juga mengundurkan diri pada Juli, tepat sebelum PHK massal diumumkan, karena tampak jelas bahwa perusahaan-perusahaan AS memutuskan hubungan dengan Futurewei. Teknisi itu mengatakan semangat kerja karyawan mulai menderita di tengah ketidakpastian tentang masa depan dan apakah penelitian yang sedang mereka lakukan akan digunakan atau tidak.
Di internal karyawan ada yang mengeluhkan Futurewei terlalu bergantung pada Huawei. Keluhan itu muncul di Glassdoor, situs web tempat karyawan dan mantan karyawan mengulas suatu perusahaan secara anonim. Beberapa keluhan itu terlihat antara 2016 hingga 2018, seperti berikut:
- "Sebagian besar keputusan utama masih tergantung pada kantor pusat di China."
- "Para pemimpin tidak memiliki suara dalam peta jalan dan merupakan boneka dari markas besar."
- “Perusahaan pada dasarnya adalah sebuah shell dan harus mendapatkan semua yang disetujui oleh kantor pusat di China."
Ulasan yang diunggah tahun ini cenderung lebih sering mengenai ketegangan antara AS dengan China:
- "Posisi tidak stabil karena kekacauan politik yang berkelanjutan."
- “Perusahaan ada di daftar hitam. Tidak dapat berkomunikasi dengan China.”
- "Pemerintah AS tidak menyukai Huawei ... Jika FBI menghubungi Anda, jangan katakan Anda tidak diperingatkan."
Futurewei menolak berkomentar tentang kondisi bisnis saat ini. Seorang juru bicara Huawei mengatakan operasi bisnis Futurewei telah secara signifikan dibatasi oleh Departemen Perdagangan AS pada Juli 2019.
"Kami tidak dapat menjawab lebih lanjut tentang pertanyaan hukum dan internal atau yang berkaitan dengan kegiatan penelitian dan pengembangan dalam Huawei," tutur juru bicara itu.