Facebook, Google, Twitter, Microsoft, Bersatu Lawan Deepfake

Dengan menggunakan Deepfake, tidak satupun dari wajah ini eksis atau manusia asli. Semuanya buatan

Cyberthreat.id - Pernahkah anda berpikir suatu saat nanti wajah dan mimik seseorang dalam sebuah video/audio itu palsu. Artinya, orang yang tampil di dalam video atau klip sangat mirip dengan aslinya, tetapi orang itu adalah buatan dari hasil pengembangan Artificial Intelligence (AI), Machine Learning hingga Deep Learning.

Itulah Deepfake, sebuah teknologi dimana orang bisa dibuat 100 persen tiruan dalam bertindak, bersikap dan berbicara sebagaimana dalam kehidupan sehari-hari. Untuk lebih lengkapnya anda mungkin bisa mengetik Deepfake di YouTube lalu pahami dengan seksama.

Baru-baru ini raksasa digital seperti Facebook, Google, Microsoft dan Twitter mengobarkan perang terhadap Deepfake. Mereka sangat paham. Bahwa di masa yang akan datang Deepfake bisa menjadi ancaman karena mampu menirukan selebritis, tokoh politik, presiden bahkan pemimpin spiritual.

Video Deepfake bisa beredar di platform Facebook, Google, Twitter atau Microsoft. Kini, di YouTube sudah banyak beredar sampel Deepfake yang menampilkan figur dunia seperti mantan presiden AS Barrack Obama, Presiden Rusia Vladimir Putin, aktor Tom Cruise dan Sylvester Stallone serta masih banyak tokoh lainnya.

"Di AS sebuah audio Deepfake telah menipu CEO sebuah perusahaan dengan kerugian mencapai 10 juta USD," ucap peneliti Symantec Saurabh Sintre dilansir CNBC, Minggu (29 September 2019).

Artikel dan video tentang Deepfake menjadi yang terpopuler sepanjang akhir pekan lalu di laman CNBC. Disebutkan bahwa Facebook telah merogoh kocek 10 juta USD untuk mengembangkan teknologi melawan Deepfake.

Facebook sangat menyadari bahwa platform mereka yang menaungi Instagram, Facebook Messenger dan WhatsApp tentu bisa menghadapi serangan atau semburan Deepfake. Bisa saja serangan itu datang dari pihak-pihak tertentu.

"Google, Microsoft dan Twitter sudah bergabung dengan Facebook," demikian kutipan dari artikel di CNBC.

Pilpres AS dan Pornografi

Deepfake diprediksi bakal menjadi salah satu ancaman terbesar di Pilpres AS 2020 mendatang. Saurabh Sintre hanya butuh waktu 10 menit untuk membuat sebuah Deepfake menggunakan wajah reporter CNBC yang ditempelkan ke wajah aktris Jennifer Aniston saat membawakan Piala Oscar.

Hasilnya membuat si reporter terkejut sehingga masuk akal teknologi Deepfake ini akan dijadikan sebagai senjata politik. Di Pilpres 2016 terkenal dengan Firehose of Falsehood yang menyebabkan terjadinya semburan hoaks sehingga membuat pemilih di AS kebingungan akibat disinformasi.

"Di Instagram sudah banyak yang menyajikan Deepfake. Di China sebuah televisi mengembangkan news anchor dengan menggunakan Deepfake. Dan salah satu yang menjadi kekhawatiran kami adalah Deepfake digunakan untuk pornografi terutama revenge porn," ujar Kate Fazzini, reporter desk cybersecurity CNBC.

Technical University of Munich dan University Federico II of Naples juga telah mengembangkan teknologi untuk melawan Deepfake. Bekerja sama dengan Google, kedua Universitas ini mencoba untuk mengembangkan algoritma atau teknik deteksi manipulasi wajah.