Bikin Basis Data Deepfake, Cara Google Berantas Deepfake

Demonstrasi video deepfake dari Facebook. | Foto: Facebook

Cyberthreat.id – Ancaman di dunia maya tak hanya serangan peretas, tapi berita bohong dan misinformasi bertebaran di mana-mana. Bahkan, saat ini video pun bisa dipalsukan melalui teknik deepfake (deep learning dan fake) menggunakan kecerdasan buatan.

Google telah merilis basis data (database) 3.000 video deepfake yang menggunakan kecerdasan buatan untuk mengubah wajah atau membuat orang mengatakan hal-hal yang tidak pernah mereka lakukan.

Perusahaan mesin pencari ini berharap dengan basis data tersebut akan membantu para peneliti membangun alat yang diperlukan untuk mencatat video palsu "berbahaya".

Ada kekhawatiran video tersebut dapat digunakan untuk mempromosikan teori konspirasi palsu dan propaganda.

Teknologi deepfake mengambil klip video dan audio dari orang sungguhan, seringkali politisi atau selebritas, dan menggunakan teknik kecerdasan buatan untuk mengubahnya dengan cara tertentu. Misalnya memasukkan kata-kata atau memindahkan kepala atau tubuh tokoh publik ke tubuh aktor porno atau sebaliknya.


Berita Terkait:


Sejak pertama muncul pada 2017, banyak metode open-source untuk menghasilkan klip deepfake.

"Karena hal ini bergerak cepat, kami akan menambah dataset. Karena teknologi deepfake berkembang seiring waktu dan kami akan terus bekerja dengan sejumlah pihak,” ujar Google.

"Kami mendukung komunitas penelitian yang berkembang untuk mitigasi potensi bahaya dari penyalahgunaan media buatan. Memang, banyak yang cenderung untuk tujuan lucu-lucuan, tapi yang lain bisa juga berbahaya bagi individu dan masyarakat," Google menambahkan seperti dikutip dari BBC yang diakses Senin (30 September 2019)

Basis data yang dibuat tersebut akan dimasukkan ke dalam pekerjaan untuk memerangi deepfakes di Universitas Teknik Munich dan Universitas Napoli Federico II.

Universitas-universitas telah menciptakan basis data yang serupa menggunakan empat teknik manipulasi wajah pada hampir 1.000 video YouTube. Diharapkan kedua basis data tersebut akan digunakan untuk melatih alat deteksi otomatis untuk mengenali pemalsuan.

Awal September ini, Facebook mengumumkan telah menyiapkan dana US$ 10 juta untuk menemukan cara yang lebih baik untuk mendeteksi deepfake. Seperti diketahui, CEO Facebook Mark Zuckerberg sendiri pernah menjadi korban deepfake.

Teknologi deepfake menjadi berita utama pada 2017 ketika para peneliti University of Washington merilis sebuah makalah yang menjelaskan bagaimana mereka telah membuat video palsu Presiden AS Barack Obama.