Peretasan Medsos Marak, Keamanan Siber Masih Rentan

Peringatan di akun Twitter Said Didu. (IST)

Jakarta, Cyberthreat.id - Peretasan terhadap akun media sosial kian marak menjelang pemilu serentak, 17 April 2019. Sebelumnya, akun mantan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Muhammad Said Didu diretas. Peretasan juga terjadi pada akun medsos tokoh-tokoh lainnya, seperti akun J.S. Prabowo, Ferdinand Hutahaean, Ustaz Abdul Somad (UAS), dan Haikal Hassan.

Yang paling parah, peretasan menimpa akun Twitter Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan pasca menyampaikan dukungan politik terhadap pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Meski setelah diretas akun Twitter Dahlan berhasil direbut kembali, namun Dahlan harus rela kehilangan 2,2 juta follower di akun miliknya.

Pakar keamanan siber Persadha Pratama menilai kejadian peretasan itu sangat memprihatinkan.

"Dengan adanya rentetan peristiwa peretasan medsos yang menimpa politisi dan selebtwit, hal ini sangat mungkin terjadi dengan kondisi keamanan siber Indonesia yang masih rentan," ujar Pratama seperti dikutip Antara, Senin (15/4/2019).

Pratama berharap pihak Cyber Crime Polri bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan pihak terkait lainnya segera menelusuri kejadian tersebut. Apabila tidak mendapat perhatian dari aparat, dikhawatirkan isunya akan melebar ke mana-mana.

Menurut dia, bila ditarik ke sisi politik akan merugikan pihak pasangan peserta Pilpres 2019, baik nomor urut 01 maupun 02. Namun, lebih berbahaya lagi kejadian ini dapat memanaskan situasi di tengah masyarakat.

"Apalagi seperti di akun Said Didu, setelah diretas, lalu di-'posting' sebuah hoaks terkait dengan UAS. Ini imbasnya besar dan sudah sangat ramai di media sosial," kata Pratama yang pernah sebagai Ketua Tim Lembaga Sandi Negara (sekarang BSSN) Pengamanan Teknologi Informasi (TI) KPU pada Pemilu 2014.

Paling tidak, lanjut Pratama, ini adalah momen bahwa keamanan siber ternyata begitu sangat penting. Cyber Crime Polri harus berkolaborasi dengan Kominfo, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), dan penyedia platform untuk mengejar pelaku.

Polri punya pengalaman bagus saat menangkap para admin @triomacan2000. Artinya, untuk mencari dan menelusuri pelaku sangat mungkin karena setiap kegiatan di wilayah digital pasti meninggalkan jejak.

"Berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, saya yakin Cyber Crime Polri mampu menelusuri jejak digitalnya dan segera mengungkap pelakunya," tegas Pratama.