Sekolah Diserang Malware, Louisiana Nyatakan Darurat Bencana

Ilustrasi | Foto: freepik.com

Louisiana, Cyberthreat.id – Serangkaian serangan siber (cyberattack) telah menghentikan sistem komputer di tiga sekolah distrik di bagian utara Louisiana, Amerika Serikat. Gubernur Louisiana John Bel Edwards langsung menyatakan keadaan darurat di seluruh negara bagian, Rabu (24 Juli 2019).

Meski hanya terdeteksi serangan di tiga sekolah distrik, Gubernur Edwards mengatakan, deklarasi kondisi darurat itu sebagai bentuk antisipasi. Ia khawatir serangan itu bisa merembet ke bagian lain dari sistem jaringan pemerintah daerah atau negara bagian.

“Pemerintah mengetahui adanya serangan malware itu pada beberapa sekolah di Louisiana utara dan kami telah berkoordinasi untuk menindaklanjutinya,” ujar Gubernur Edwards seperti dikutip dari statescoop.com, yang diakses Jumat (26 Juli).

Serangan siber itu berdampak pada infrastruktur teknologi informasi di sekolah-sekolah di Paroki Morehouse, Paroki Quachita, dan Paroki Sabine. Hingga kini spesifik serangan tersebut belum terungkap meski telah berlangsung sejak dua pekan lalu.

Sekolah Paroki Sabine menyatakan, pada Rabu lalu, dihantam “virus elektronik” pada 21 Juli, sedangkan Morehouse dan Quachita pada 8 Juli lalu. Sistem yang terkena gangguan di sekolah, termasuk telepon digital. Telepon digital memang rentan terhadap serangan ransomware, tapi sejauh ini belum ada laporan ada serangan ransomware.

Insiden tersebut kini sedang diselidiki para pakar keamanan siber dari Louisiana National Guard, Polisi Negara Bagian Louisiana, dan Kantor Layanan Teknologi negara bagian, serta Universitas Negeri Louisiana.

Namun, untuk kondisi darurat, respons akan dipimpin oleh Kantor Keamanan Dalam Negeri dan Kesiapsiagaan Darurat Negara Bagian, sering kali juga menangani bencana alam seperti badai.

Serangan Siber = Darurat Bencana

Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah Louisiana bahwa serangan siber ditangani layaknya bencana dan ini menjadi preseden untuk sebuah pendekatan.

Sebelumnya, Colorado menjadi negara pertama yang memperlakukan serangan siber seperti bencana besar pada Maret 2018 setelah Departemen Perhubungan dihantam ransomware yang dikenal sebagai SamSam. Deklarasi darurat itu setelah lebih dari sepekan Kantor Teknologi Informasi berjuang untuk memperbaiki hampir 2.000 perangkat yang terinfeksi. Mereka bekerja dalam tim kecil selama berjam-jam dan lebih banyak mengonsumsi junk food.

Setelah deklarasi darurat Hickenlooper itu, pengawasan respon serangan siber ditangani Kantor Manajemen Darurat Colorado. Badan tersebut menyusun buku pedoman bencana alam untuk situasi keamanan TI, menciptakan struktur komando terpadu dan membawa Garda Nasional dan personel pendukung dari negara bagian lain.

Yang dilakukan Colorado sejak itu dijadikan model oleh Asosiasi Gubernur Nasional, yang sekarang menyarankan negara untuk mengembangkan rencana respons yang menempatkan serangan siber pada tingkat keparahan yang sama seperti bencana alam atau tindakan terorisme fisik.

Di Louisiana, tanggung jawab untuk menyusun rencana tanggap darurat untuk serangan siber jatuh di Louisiana Cybersecurity Commission, sebuah dewan beranggotakan 15 orang yang terdiri dari pejabat negara, eksekutif sektor swasta, dan akademisi. Badan ini dibuat Gubernur Edwards pada 2017.

"Inilah sebabnya kami membentuk Komisi Keamanan Dunia Maya, dengan fokus pada persiapan, mencegah, dan menangani serangan siber. Kami juga membantu pemerintah daerah saat mereka memerangi ancaman seperti ini," kata Edwards.