Tercatat Lebih dari 1 Miliar Serangan Siber di Indonesia, BSSN: Ransomware dan DDoS Meningkat

Ilustrasi | Foto: freepik.com

Cyberthreat.id – Monitoring Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menunjukkan bahwa sepanjang Januari hingga September 2021 tercatat lebih dari 1 miliar anomali trafik yang dikategorikan sebagai serangan siber.

Hal itu disampaikan oleh Kepala BSSN Hinsa Siburian dalam peluncuran Computer Security Incident Response Team (CSIRT) di Badan Pusat Statistik, Kamis (14 Oktober 2021).

“Serangan siber yang menjadi perhatian dan terus mengalami peningkatan yaitu serangan grup ransomeware (malware yang mengenkripsi file & meminta tebusan) dan Distributed Denial of Service (DDoS) yang mayoritas dilatarbelakangi oleh motif untuk mendapatkan data,” ujar Hinsa dalam pernyataan tertulisnya.

Perlu diketahui, istilah “serangan siber” yang dipakai di BSSN tidak serta merta dipahami sebagai “sesuatu telah terjadi kerusakan atau perusakan sistem TI”. Menurut BSSN, serangan siber yang telah berhasil baru bisa disebut sebagai “insiden siber”. "Ketika serangan itu bisa masuk, itulah baru kita namakan insiden,” ujar Juru Bicara BSSN Anton Setiyawan dalam rapat kerja Komisi I dengan BSSN yang disiarkan di saluran YouTube Komisi 1 DPR RI, Rabu (3 Februari 2021).


Baca:


Menurut Hinsa, pembentukan CSIRT merupakan salah satu program prioritas nasional (major project) untuk penguatan keamanan siber yang dituangkan dalam Perpres Nomor 18 Tahun 2020 tentang RPJMN 2020-2024.

Launching BPS-CSIRT pada hari ini merupakan CSIRT ke-37 yang diluncurkan dari target 121 CSIRT hingga tahun 2024,” ujarnya.

CSIRT merupakan organisasi atau tim yang bertanggung jawab untuk menerima, meninjau, dan menanggapi laporan dan aktivitas insiden keamanan siber.

CSIRT terdiri atas CSIRT Nasional atau Pusat Operasi Keamanan Siber Nasional (Pusopskamsinas), CSIRT Sektoral pada sektor administrasi pemerintahan, energi dan sumber daya mineral, transportasi, keuangan, kesehatan, teknologi informasi dan komunikasi, pangan, pertahanan, sektor lain yang ditetapkan oleh Presiden, serta CSIRT Organisasi.

Hadir dalam peluncuran tersebut Kepala BPS Margo Yuwono dan Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC Pratama Dahlian Persada.

Margo mengatakan tantangan yang dihadapi saat ini ialah kemajuan teknologi informasi dan digitalisasi perangkat pengolahan data.

BPS mencatat sejauh ini terdapat sebanyak lebih dari 891.000 percobaan serangan ke server BPS. “Aspek kerahasiaan, integritas data, dan ketersediaan aplikasi menjadi hal yang harus diperhatikan,“ ujarnya.

Sementara, Pratama mengatakan, pembentukan CSIRT harus menjadi tulang punggung (backbone) dalam keamanan siber. CSIRT menjadi salah satu cara dalam pengembangan sumber daya manusia keamanan siber, ujarnya.[]


Sumber: BSSN