Krisis Listrik, Iran Salahkan Pertambangan Bitcoin Merajalela dan Sita 45 Ribu Mesin Tambang
Cyberthreat.id - Pemadaman listrik besar-besaran disertai kabut asap melanda kota-kota di seluruh Iran. Pemerintah mengklaim krisis listrik itu lantaran aktivitas pertambangan bitcoin besar-besaran yang memakai listrik bersubsidi secara ilegal. Karena itu, polisi Iran dikabarkan telah menyita sekitar 45.000 mesin penambangan bitcoin.
Aktivitas penambangan bitcoin sebenarnya telah diakui sebagai industri baru di sana. Pada Juli 2019, Wakil Presiden Iran Eshaq Jahangiri mengumumkan pemerintah mengakui aktivitas penambangan bitcoin sebagai industri dan meminta para penambang mendaftarkan diri secara resmi. Para penambang awalnya menyambut baik pengakuan itu, tetapi kemudian mengatakan bahwa tarif listrik terlalu tinggi.
Mohammad Hassan Motavalizadeh, kepala perusahaan listrik milik negara Iran Tavanir, mengatakan pada hari Sabtu bahwa para penambang yang sebagian besar menggunakan aplikasi-spesifik sirkuit terpadu (application-specific integrated circuit/ASIC), telah mengkonsumsi 95 megawatt per jam (MWh) listrik pada harga sangat murah.
Motavalizadeh mengatakan 45 MWh listrik lainnya telah dihemat melalui penerapan modifikasi pada sistem penerangan jalan di ibukota Teheran dan di kota-kota lain.
"Total pengurangan konsumsi sesuai dengan penggunaan (listrik) untuk kota dengan populasi lebih dari setengah juta," kata Motavalizadeh seperti dilaporkan media lokal Tasmin News Agency, Minggu (17 Januari 2021).
Pemerintah Iran baru-baru diketahui telah menutup sementara penambang bitcoin resmi untuk mencegah pemadaman lstrik yang kontroversial di kota-kota besar. Perusahaan tersebut dilaporkan memiliki izin untuk beroperasi sesuai dengan syarat yang diatur pemerintah.
Sebuah video yang beredar di media sosial awal pekan ini menunjukkan pemandangan lokasi pertambangan bitcoin besar yang terletak di tenggara Iran di mana puluhan ribu ASIC beroperasi untuk menambang uang digital. Kementerian Energi menghentikan pasokan listrik ke pertambangan yang dimiliki oleh perusahaan investasi China-Iran itu.
Pihak berwenang mengatakan pertambangan bitcoin resmi lainnya, dengan total konsumsi listrik 600 MWh, telah dimatikan untuk membantu mengatasi peningkatan permintaan listrik pada jam-jam puncak pemakaian yang telah diperburuk oleh pandemi terkait permintaan pemerintah agar orang-orang tetap tinggal di rumah.
Namun seorang peneliti cyrptocurrency di Teheran, Ziya Sard, menolak tuduhan pemerintah. Kata dia, masalah krisis listrik di Iran tidak ada hubungannya dengan penambang bitcoin.
"Penambangan adalah persentase yang sangat kecil dari keseluruhan kapasitas listrik di Iran. Fakta yang diketahui umum, salah urus dan situasi yang sangat mengerikan dari jaringan listrik di Iran dan peralatan pembangkit listrik yang ketinggalan jaman di Iran tidak dapat mendukung jaringan," kata Sadr kepada Washington Post.
Penambangan uang kripto terdesentralisasi bergantung pada komputer bertenaga tinggi untuk memverifikasi bahwa transaksi itu sah dengan menyelesaikan masalah matematika yang rumit. Unit penambangan koin digital adalah bisnis yang berpotensi menguntungkan yang dimulai dalam beberapa tahun terakhir di Iran, karena perusahaan di negara-negara seperti China dan Rusia telah bermitra dengan pengusaha Iran untuk membuat pertambangan bitcoin yang terdiri dari komputer khusus.
“Setiap negara yang memiliki listrik murah dan area yang luas akan menjadi tempat yang sempurna untuk penambangan bitcoin,” kata Beikverdi, yang berasal dari Iran dan sekarang tinggal di Seoul, dalam sebuah wawancara dengan The Post.
“Di Korea, itu tidak akan menguntungkan karena saya harus menghabiskan banyak uang untuk listrik,” ujarnya.
Sebelum diakui sebagai industri resmi pada Juli 2019, para penambang bitcoin di Iran beroperasi secara ilegal. Setelah diakui, para penambang diharuskan mengajukan izin untuk mengoperasikan dan mengimpor komputer dan peralatan terkait. Pendaftaran memungkinkan pemerintah menyediakan listrik ke lokasi pertambangan dengan tarif yang lebih tinggi daripada masyarakat biasa.
Sadr mengatakan undang-undang baru tersebut merugikan mereka yang telah memantapkan diri di industri, karena tidak ada jalan untuk melegalkan operasi yang dijalankan dengan peralatan ilegal.
Orang Iran dilaporkan telah mendirikan toko penambangan bitcoin di segala hal mulai dari masjid hingga lokasi pertambangan yang sebenarnya untuk memanfaatkan tarif listrik yang lebih murah. Pemerintah yang berusaha memberantasnya, menawarkan hadiah bagi siapa saja yang memberi informasi pertambangan ilegal.
Seperti diketahui, harga bitcoin telah melambung tinggi dari Rp90 juta per unit pada awal 2020, menjadi Rp500 jutaan pada awal Januari 2021. Lonjakan harga ini ditengarai menjadi salah satu penyebab pertambangan bitcoin terus bertumbuh di Iran.
Di bawah ini adalah rekaman video yang diunggah di Youtube pada Desember 2020, memperlihatkan salah satu pertambangan bitcoin terbesar di Iran.[]