4 Prediksi Keamanan Sistem Pembayaran pada 2021 karena Transformasi Digital
Cyberthreat.id - Adanya pandemi Covid-19 memaksa bisnis untuk melakukan tranformasi digital dan membuat perubahan struktural pada model operasi pembayaran mereka. Akibatnya, konsumen juga harus beradaptasi dengan perilaku belanja baru dan kebiasaan digital.
Dikutip dari ET CIO, Chief Risk Officer, India & South Asia, Visa, Vipin Surelia, meyakini pada 2021 akan terjadi banyak perubahan dalam pembayaran digital. Salah satunya dalam hal keamanan siber yang menyangkut pola penipuan dan kebutuhan mitigasi risiko.
Berikut ini empat prediksi keamanan sistem pembayaran di tahun 2021.
1. Usaha kecil mulai melakukan investasi dalam keamanan siber karena konsumen beralih ke digital
Perubahan perilaku ke digital oleh konsumen sudah diperhatikan sejak awal oleh pelaku bisnis. Berdasarkan laporan Deloitte, 48 persen konsumen yang berbelanja online terus meningkat sejak wabah Covid-19.
Perilaku konsumen ini, berperan penting bagi bisnis kecil untuk berinovasi dan memenuhi harapan pelanggan tentang keamanan saat menggunakan pembayaran digital. Akibatnya, para pemilik bisnis kecil melakukan investasi keamanan siber untuk mengamankan transaksi digital yang dilakukan melalui aplikasi atau web.
Namun, dengan perubahan ke online yang terus berkembang, kemampuan penjahat siber juga terus berkembang. Untuk itu, bisnis kecil perlu memperbarui strategi pencegahan penipuan mereka untuk mendukung perdagangan omnichannel (menggunakan berbagai platform).
2. Memerangi risiko dan keamanan dalam infrastruktur pembayaran modern
Kemajuan dalam inovasi pembayaran antara fintech dan lembaga keuangan telah menyebabkan pembayaran digital diadopsi secara luas. Bisnis memilih keluar atau memodernisasi infrastruktur pembayaran lama dan dengan cepat menggunakan cara baru dan lebih cepat untuk mengirim uang, menyelesaikan pembayaran, dan berbagi informasi, juga dengan mengandalkan pemain baru seperti fintech.
Pembayaran real time, mata uang digital, dan inovasi dukungan perbankan terbuka yang sesuai dengan ekspektasi bisnis yang paham digital, akan mendorong perdagangan digital selama beberapa dekade mendatang. Oleh karena itu, penting bagi bisnis untuk memperhatikan privasi data pelanggan dan prinsip perbankan terbuka dengan berbagi data secara etis dan benar di semua layanan mereka.
Fintech dan lembaga keuangan perlu memiliki mekanisme yang lebih baik untuk mengenali potensi dan aktivitas penipuan yang tidak biasa. Tahun 2021 akan menjadi sangat penting untuk pertumbuhan volume pembayaran secara real-time, diskusi industri tentang perlindungan pelanggan dan privasi data akan menjadi yang terdepan dan para pelaku industri bekerja sama untuk menyelesaikan kerentanan baru yang terungkap.
3. Otentikasi pelanggan menjadi penting
Digitalisasi transaksi keuangan terus meningkat pesat. Namun, tantangan kritis dalam memitigasi risiko keamanan siber juga telah meningkat, dengan semakin banyaknya konsumen baru ke digital.
Untuk melindungi diri dari kerentanan dunia maya, konsumen menjauhi kata sandi dan mengadopsi standar otentikasi pelanggan yang lebih kuat di semua perangkat digital mereka saat melakukan pembayaran dan keperluan lainnya.
Menurut Laporan Risiko Global Forum Ekonomi Dunia 2020, pencurian data adalah salah satu risiko utama yang mungkin dihadapi bisnis dalam jangka panjang. Dipercepat oleh Covid-19, permintaan akan solusi yang membantu bisnis memverifikasi identitas konsumen secara digital harus dilakukan.
Sangat penting untuk meninjau dan memperkuat lebih lanjut kerangka peraturan yang ada oleh regulator selama masa-masa transisi ini berlangsung. Konsep bahwa identitas digital adalah salah satu blok bangunan yang diperlukan agar ekonomi berfungsi di era digital akan mendapatkan daya tarik lebih lanjut di tahun 2021.
4. Peningkatan peran kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin (ML)
Pengalaman digital terus menjadi hal yang utama, yang dipercepat oleh pandemi Covid. Sistem keuangan dunia semakin mendekati masa depan digital tanpa uang tunai dan dengan peningkatan konsumsi online, dan tahun 2021 akan terjadi lonjakan generasi baru pelanggan digital.
Visa sendiri telah menggunakan AI sejak 1990-an sebagai bagian dari misinya untuk membuat pembayaran lebih aman dan mudah. Saat percobaan pembayaran dilakukan, Otorisasi Lanjutan Visa menggunakan teknologi AI untuk menganalisis lebih dari 500 atribut risiko dalam waktu sekitar satu milidetik dan menghasilkan skor yang mencerminkan seberapa berisiko transaksi tersebut.
Tujuannya adalah untuk membantu lembaga keuangan memutuskan apakah akan mengotorisasi atau menolak transaksi tertentu dan pada saat yang sama menciptakan lebih banyak kepercayaan di antara konsumen dalam pembayaran digital. Penggunaan AI ini membantu perusahaan di seluruh dunia meningkatkan pengalaman pelanggan, mendorong pertumbuhan bisnis, dan mengurangi ancaman terhadap keamanan pembayaran.
Untuk memberikan pengalaman pembayaran yang aman sambil memantau peningkatan transaksi secara eksponensial, diyakini semakin banyak pula penyedia layanan keuangan akan membangun solusi keamanan pembayaran baru dengan menerapkan teknologi seperti AI dan ML untuk mengotomatiskan deteksi risiko.
Penerapan AI dan ML diyakini akan berperan penting dalam mencegah risiko pembayaran yang saat ini meningkatkan risiko keamanan siber.[]