Apple Ancam Hapus Aplikasi di App Store yang Tak Patuhi Kebijakan Transparansi Pelacakan Aplikasi

Logo Apple | Foto: Unsplash

Cyberthreat.id – Apple, perusahaan perangkat lunak dan keras AS, mengancam para pengembang aplikasi yang tidak mau “tunduk” dengan kebijakan barunya yang segera dirilis.

Ancaman tersebut tidak main-main, yaitu aplikasi akan dihapus dari App Store. Oleh karenanya, Apple meminta para pengembang untuk mematuhi fitur privasi bernama “App Tracking Transparency”.

Fitur tersebut memungkinkan pengguna memblokir pengiklan agar tidak melacaknya di beberapa aplikasi. Awalnya, fitur tersebut akan dirilis awal 2020, tapi tertunda karena memberikan kesempatan bagi pengembang lebih banyak waktu untuk beradaptasi pada perubahan aplikasinya.

Seperti dikutip dari Reuters, Selasa (8 Desember 2020), beberapa perusahaan teknologi dan pengiklan, seperti Facebook, mengkritik perubahan Apple tersebut. Apple dinilai dapat merugikan pengembang kecil secara tidak proporsional.

Namun, Wakil Presiden Senior Rekayasa Perangkat Lunak di Apple, Craig Federighi, mengatakan pengguna harus tahu kapan mereka dilacak di berbagai aplikasi dan situs web.

“Awal tahun depan, kami akan mulai mewajibkan semua aplikasi yang ingin melakukannya untuk mendapatkan izin eksplisit penggunanya, dan pengembang yang gagal memenuhi standar tersebut dapat menghapus aplikasinya dari App Store,” katanya di konferensi Perlindungan data dan Privasi Eropa.

Fitur baru tersebut akan menampilkan pemberitahuan (pop-up) bahwa aplikasi "menginginkan izin untuk melacak Anda di seluruh aplikasi dan situs web yang dimiliki oleh perusahaan lain."

Di situlah letak kekhawatiran perusahaan periklanan digital. Mereka memprediksi sebagian besar pengguna akan menolak memberikan izin itu.

“Ketika pelacakan invasif adalah model bisnis Anda, Anda cenderung tidak menerima transparansi dan pilihan pelanggan,” kata Federighi, menolak kritik terhadap fitur baru tersebut.

“Kami membutuhkan dunia untuk melihat argumen itu apa adanya: upaya berani untuk mempertahankan status quo yang mengganggu privasi.”

Facebook dan Google adalah yang terbesar di antara ribuan perusahaan yang melacak konsumen online untuk mengetahui kebiasaan dan minat mereka serta menyajikan iklan yang relevan kepada mereka.

Apple sendiri mendapat kecaman bulan lalu ketika kelompok privasi Austria, yang dipimpin oleh juru kampanye Max Schrems, mengajukan keluhan kepada pengawas perlindungan data di Jerman dan Spanyol, menuduh alat pelacak online yang digunakan dalam perangkatnya melanggar hukum Eropa.

Apple membantah tuduhan itu, menyebutnya "tidak akurat secara faktual".

Federighi mengatakan industri akan beradaptasi untuk menyediakan iklan yang efektif tanpa pelacakan invasif.

“Melakukan fitur ini dengan benar akan membutuhkan waktu, kolaborasi, mendengarkan, dan kemitraan sejati di seluruh ekosistem teknologi. Tapi kami yakin hasilnya akan transformatif," ujarnya.[]

Redaktur: Andi Nugroho