Webinar Ruang Siber Indonesia: Penyebab Maraknya Kejahatan Siber Menurut Ruby Alamsyah

Ruby Alamsyah (kanan) berbicara dalam diskusi '#CyberCorner BSSN: Ekosistem Ruang Siber Indonesia, Seperti Apa?'

Cyberthreat.id - Pakar Digital Forensik, Ruby Alamsyah, menilai banyaknya kasus kejahatan siber di tanah air saat ini terjadi karena terbukanya akses untuk itu.

Menurut Ruby, ada beberapa hal yang mendukung kejahatan siber tumbuh subur di negara-negara berkembang. Pertama, karena saat ini semakin banyak layanan yang terhubung internet. Kedua, karena semakin banyak aktifitas yang memanfaatkan internet. Ketiga, karena masih rendahnya kesadaran akan keamanan TI (IT security awareness).

"Walaupun di negara maju juga masih banyak masyarakatnya yang tidak aware terhadap keamanan di ruang siber itu sendiri," ungkap Ruby dalam '#CyberCorner BSSN: Ekosistem Ruang Siber Indonesia, Seperti Apa?' yang diadakan melalui platform konferensi video Jumpa.id, Senin (8 Desember 2020).

Ruby mengatakan, masih rendahnya kesadaran akan aspek keamanan teknologinya itu mendorong penjahat siber untuk melakukan aksinya.

"Karena saat ini seluruh kegiatan kita berkaitan dengan internet, semua aplikasi yang tadinya memberikan manfaat saja, tetapi juga bisa menjadikan celah keamanan baru yang dapat dimanfaatkan oleh  penjahat siber," kata Ruby dalam diskusi yang dipandu oleh Pemimpin Redaksi Cyberthreat.id, Nurlis Effendi.

Ruby menambahkan, saat ini sangatlah mudah bagi seseorang untuk mejadi hacker dan penjahat siber.
Jika pada tahun 80-an untuk menjadi hacker itu harus orang yang super jenius karena belum ada internet, Namun, di tahun 2000-an, untuk menjadi hacker, seseorang hanya membutuhkan waktu dan keinginan untuk belajar saja.

"Menjadi hacker itu sangat mudah, yang penting punya waktu, mau belajar, terlebih akses informasinya sangat banyak di internet. Tinggal niatnya saja untuk membaca hal-hal yang sudah tersedia di internet," kata Ruby.

Ruby menambahkan, meskipun internet memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan sehari-hari, tetapi juga memiliki celah keamanan yang harus disadari semua kalangan sehingga bisa mengurangi risiko kejahatan siber.

"Tren kejahatan siber itu akan selalu ada, mulai yang tadinya masih kejahatan hanya terjadi di lapisan paling bawah saja, tetapi juga sampai ke lapisan atasnya dan semakin luas."

Ruby mencontohkan, salah satu kasus kejahatan yang belakangan ini terjadi adalah kasus peretasan WhatsApp. Korbannya menyerang semua kalangan, dari masyarakat biasa hingga pejabat yang ditargetkan secara acak. Menurut Ruby, peretasan ini terjadi karena korban mudah percaya dan kurang mengerti dengan modus-modus kejahatan siber.

"Ini juga didukung karena orang mudah memberikan password sekali pakai atau OTP dan data pribadinya ke orang lain," kata Ruby.[]

Editor: Yuswardi A. Suud