Pikir Dulu sebelum Update Status di Medsos: Jejak Digital Bisa Jadi Bumerang bagi Anda di Masa Depan
Cyberthreat.id – Generasi milenial sejak sekarang harus menjaga jejak digitalnya di internet untuk menjaga dampak pada pekerjaan di masa depan.
Ketua SiberKreasi, Yosi Mokalu, mengatakan, jejak digital merupakan data yang tersimpan di internet; apa pun yang dilakukan oleh seseorang di internet terdokumentasi sejak pertama kali terhubung hingga saat ini.
"Bisa dikatakan jejak digital itu adalah curriculum vitae (CV), sehingga ini sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap orang yang terkoneksi internet," ujar Yosi dalam sedaring bertakuk “Muspen x UNPAD Perhatikan Jejak Digitalmu!”, Selasa (24 November 2020).
Yosi mengatakan, saat ini bagian human resources development (HRD) sebuah perusahaan mulai mengecek akun media sosial calon pekerjanya selain melihat hasil nilai akademisnya.
"HRD biasanya akan melihat rekam jejak kita, apa yang kita posting, apa yang kita ucapkan, dan apakah kita pernah terlibat dalam cyberbullying, " ujar dia.
Menurut Yosi, banyak generasi milenial yang tidak menyadari hal itu, padahal bisa membahayakan dirimulai dari pencurian identitas, peretasan, hingga beresiko pada pekerjaan di masa depan.
"Kita kadang tidak sadar, apa yang kita twit di Twitter, misalnya, itu akan tersimpan untuk waktu yang sangat lama. Bisa saja itu menjadi bumerang bagi kita," ujarnya.
Untuk itu, Yosi menyarankan, agar mengubah perilaku di internet dan menggunakan medsos secara bijak. Dengan menjaga perkataan dan memperhatikan setiap foto dan video yang akan diunggah.
"Selalu perhatikan apa pun yang akan diunggah itu sangat penting, sangat sulit untuk menghilangkan apa pun yang sudah tercatat di internet."
Pada kesempatan yang sama, Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi, FX. Ari Prastowo, juga menekankan pentingnya menjaga jejak digital selama di internet, terlebih ada banyak ancaman siber yang mengintai. Mulai dari profiling untuk kejahatan siber, cyberbullying, pencurian identitas, hingga peretasan akun daring.
"Masalah keamanan dan masalah perilaku ini menjadi hal yang harus diperhatikan terkait dengan jejak digital," ujar Prastowo.
Ia mencontohkan, salah seorang mahasiswanya yang gagal mendapatkan pekerjaan karena unggahan di medsosnya. Setelah ditelusuri ternyata mahasiswa ini pernah mengunggah foto dengan memegang minuman keras, yang akhirnya membuat dia kehilangan kesempatan bekerja.
Selain itu, alasan lain mengapa jejak digital harus dijaga adalah, karena saat ini tidak semua media sosial membantu penggunanya untuk menghilangkan jejak digital. Sehingga unggahan-unggahan yang sudah bertahun-tahun akan sulit untuk dihilangkan.
"Kalau unggahan masih baru mungkin kita bisa saja dengan mudah menghapus ya? Tapi, kalau sudah bertahun-tahun lalu akan sulit kan? Kecuali nanti sudah ada UU PDP, mungkin bisa saja dihapus,” ujar Prastowo.[]
Redaktur: Andi Nugroho