EVAN KOHLMANN DAN DEEP WEEB (2)

20 Tahun di Deep Weeb dan Menyusup ke Kandang Teroris Internasional

Ilustrasi | Foto: freepik.com

Cyberthreat.id – Peneliti terorisme Evan Kohlmann mengatakan dirinya telah berada atau meneliti di deep web selama 20 tahun lamanya. Selama itu, ia menceritakan apa yang dilihatnya, misalnya dirinya pernah terkait komunikasi langsung dengan militan Syiah yang terlibat dalam serangan ke Kedutaan AS di Baghdad dan seorang pejuang ISIS yang terluka parah dalam pertempuran.

Selain itu, baru-baru ini pada musim panas lalu, kata Kohlmann, militan di Irak mengumumkan serangan terhadap diplomat asing melalui saluran Telegram. Unggahan itu dikirim beberapa saat sebelum peluncuran roket, dengan kata-kata: "Awas, ini dia. Ini dia!".

Tak hanya melihat unggahan teroris atau pelaku kejahatan itu, Kohlmann juga pernah mewawancarai seorang teman dekat Osama Bin Laden dan terbang ke London untuk bertemu dengan Abu Hamza al-Masri (yang dikenal sebagai "The Hook"), tokoh radikal yang ditangkap polisi Inggris dan diekstradisi ke AS. Mendapat 11 tuduhan soal terorisme, pada Januari 2015, ia divonis hukuman penjara seumur hidup.

Penulis buku Al-Qaida’s Jihad in Europe: The Afghan-Bosnian Network itu juga pernah menyaksikan ketika seorang dokter Yordania bernama Humam al-Balawi muncul sebagai pemain utama di forum Al-Qaeda. Yordania terlalu meremehkan indoktrinisasi yang melekat pada al-Balawi. Dokter itu mengunggah pesan rahasia ke forum dan mengatakan ada sesuatu buruk yang akan terjadi, tidak lama kemudian dokter al-Balawi meledakkan dirinya selama pertemuan dengan CIA.

Dalam berbagai kasus ini, para pelaku teror yang berkomunikasi dengan Kohlmann pun tidak mengetahui identitas aslinya, tetapi tidak selalu demikian.

Dalam satu insiden yang menakutkan, Kohlmann ketahuan berada dalam forum itu. Pemimpin komunitas Al-Qaeda yang dikenal dengan sebutan “Terrorist007” mengunggah klip video wawancara yang dilakukan Kohlmann dengan BBC ke forum.

Terrorist007 melakukan ini “sebagai ancaman terselubung” yang ditujukan kepada Kohlmann yang ketahuan berada dalam forum. Terrorist007 melakukan itu pada 2005, sepanjang tahun itu Al-Qaeda pun sering mengunggah video pemenggalan mereka secara online.

Apa yang membuatnya orang-orang ini menjadi teroris?

Menurut Kohlmann, teroris tidak tumbuh dari “pohon yang sama”, tidak semua berasal dari latar belakang kehidupan yang miskin dan penuh kekerasan, atau dididik keras soal agama, dan tentunya tidak semua berasal dari Timur Tengah.

Terrorist007, contohnya, dia naik pangkat menjadi webmaster Al-Qaeda Irak, tetapi pada kenyataannya dia hanyalah anak remaja dari seorang diplomat Maroko yang tinggal di London.

Kohlmann mengatakan Terrorist007 bukanlah "pecundang yang tidak punya teman" melainkan peretas yang tinggal bersama ibunya serta memiliki kehidupan yang berkecukupan, bukan seseorang dengan kelompok "kelaparan dan tertindas".

Demikian pula dengan dokter Yordania al-Balawi, kata Kohlmann, hanyalah pria kutu buku yang menjalani karakter yang berbeda ketika di internet.

“Apa yang Anda lihat adalah individu terisolasi yang tidak memiliki banyak teman. [Tipe orang seperti ini] terpikat pada skenario di mana kehidupan nyata mereka yang biasa menjadi hal kedua setelah keberadaan yang mereka bangun secara online,” ujar dia kepada Tech Radar Pro, yang artikelnya dirilis pekan lalu, diakses Senin (16 November 2020).

“Ide untuk tiba-tiba merasa seperti pahlawan super memiliki daya pikat tersendiri. Gagasan bahwa Anda akan menjadi terkenal, mungkin terkenal, memiliki daya pikat bagi orang-orang ini."

Karakter yang digambarkan Kohlmann seperti gambar menakutkan, di mana garis antara teroris dan warga negara biasa terasa tipis sekali. Dua orang dengan sifat karakter yang sama dan tidak berbahaya mengambil dua jalur yang sangat berbeda pada sudut gelap internet.

Kelompok teror sepenuhnya pun menyadari fakta ini. Kelompok ISIS, kata Kohlmann, melalui propagandanya yang canggih sukses meradikalisasi orang secara online. ISIS menjangkau berbagai lapisan masyarakat dengan cara mendistribusikan propagandanya secara massal dengan berbagai macam bahasa.

Kehadiran aplikasi perpesanan seperti WhatsApp dan Discord pun juga membantu proses rekrutmen ISIS ini. Kendati, dengan aplikasi ini proses rekrutmen berjalan cepat karena dalam hitungan menit anggota ISIS dapat menanggapinya, berbeda halnya dengan mendapat tanggapan di forum.

Sama halnya setelah pemilu Amerika Serikat 2016 dan skandal Cambridge Analytica, internet digambarkan memiliki kekuatannya yang dapat mempengaruhi opini publik, kelompok teror ini telah memasuki kerentanan manusia serupa ini selama bertahun-tahun.

Mengarsipkan deep web

Kohlmann, yang bekerja untuk FBI, menuturkan, dalam mengatur deep web ini permasalahannya ada pada banyaknya data atau kelebihan data.

Ketika Kohlmann dan tim risetnya memulai, tim kecilnya saat itu mampu merekam hampir setiap interaksi yang terjadi di forum teroris itu, tetapi saat ini hal itu tidak mungkin terjadi.

Pasalnya, komunikasi yang terjadi di forum itu tak terbendung. Ini membuat kesusahan dalam melakukan upaya intelijen mengidentifikasi ancaman asli. Banjirnya komunikasi ini membuat intelijen seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami.

Meskipun itu, Kohlmann percaya dan optimistis akan ada teknologi yang dapat mengatasi hal ini. Ia mengatakan teknologi itu akan datang dalam waktu dekat, di mana adanya peningkatan kinerja komputasi. Dengan peningkatan komputasi ini, Kohlmann yakin aktivitas di deep web dapat diarsipkan secara real-time, sehingga memungkinkan intelijen untuk campur tangan sebelum insiden terjadi.

Dia pun mengilustrasikan maksudnya, dengan serangan Christchurch pada Maret 2019, di mana seorang pria bersenjata menembaki 50 muslim yang sedang melaksanakan shalat Jumat. Sebelum serangan, pelaku itu menerbitkan pengumumannya di forum online 8chan dan mengklaim telah mengirimkannya juga ke kantor Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern.

Sangat diinginkan sekali jika informasi itu dapat diidentifikasi dan ada tindakan yang dilakukan berdasarkan informasi itu agar kerusakan dari serangan itu dapat dicegah. Itulah yang Kohlmann harapkan dengan adanya intelijen di deep web ini.

“Ini adalah harapan kami - dan tentu saja tujuan kami - untuk dapat memberi tahu orang-orang tentang serangan sebelumnya jika tanda-tanda peringatan dini kritis muncul,” ujarnya.

“Senang sekali bisa membantu penyelidikan setelah terjadinya fakta dan memenjarakan mereka yang bertanggung jawab, tetapi itu tidak menyelamatkan nyawa manusia. Pencegahan adalah tujuannya–itu adalah garis perbatasan berikutnya. " kata Kohlmann.[]

Redaktur: Andi Nugroho