Polri Amati Maraknya Cryptojacking Sejak 2019

Ilustrasi | Foto: freepik.com

Cyberthreat.id – Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Mabes Polri mengatakan, serangan siber berupa cryptojacking marak terjadi di Indonesia sejak Juni 2019.

Hal itu disampaikan Kasubnit II Subdit I Ditipidsiber Bareskrim Mabes Polri, Kompol Ricky Boy Sialagan kepada Cyberthreat.id, Jumat (6 November 2020).

Ricky mengatakan dalam pengamatan sejak tahun lalu itu, divisinya mendeteksi ribuan cryptojacking. Pengamatan juga hasil kerja sama dengan lembaga kepolisian di luar negeri.

Menurut Ricky, modus operandi dari cryptojacking yaitu penyerang meretas situs web yang ditargetkan, lalu dipakai untuk menambang koin digital.

Dalam serangan yang diamati itu, Ricky mengatakan, ada peretas yang menginjeksi penambangan mata uang kripto Coinhive.

Cryptojacking dengan menyuntikkan Coinhive inilah yang terjadi pada situs berita Pojoksatu[.].id beberapa bulan lalunya yang dilaporkan oleh Palo Alto Network. Penyerang menyuntikkan Coinhive untuk mencuri sumber daya perangkat pengunjung situs web untuk membantu penyerang menambang mata uang kripto Monero.

Coinhive sendiri sudah tutup pada Maret 2019, hanya saja masih ada dua situs web yang masih melayani skrip penambang Coinhive ini, kata Palo Alto Networks.


Baca:


Saat ditanya apakah pelaku cryptojacking itu adalah warga Indonesia, Ricky mengatakan masih belum dapat memastikan karena skrip yang diamati menggunakan protokol internet dari luar negeri.

Sebelumnya, data Kaspersky, perusahaan keamanan siber Rusia, menunjukkan lebih dari satu juta upaya serangan cyrptojacking atau penambangan kripto di kawasan Asia Tenggara selama kuartal pertama 2020.

Serangan itu fokus menyasar bisnis UKM yang angkanya persisnya mencapai 1.064.177 serangan.

Dibandingkan pada periode yang sama di tahun sebelumnya, angka tersebut naik sebanyak 12 persen dengan 949.592 upaya serangan crytojacking di tahun 2019.

Dari total serangan di kuartal pertama 2020, Indonesia menempati peringkat ketiga secara global dan peringkat pertama di Asia Tenggara dengan total sebanyak 481.944 upaya serangan cryptojacking.

Berikut tanda-tanda atau indikasi perangkat Anda dimanfaatkan untuk penambangan kripto berdasarkan penelitian Kaspersky:

  • Terjadi peningkatan konsumsi listrik dan penggunaan CPU secara substansial atau kerja dari CPU sangat keras.
  • Respons sistem akan melambat, termasuk respons dari memori perangkat, prosesor dan adaptor grafis mengalami kemacetan karena menyelesaikan tugas penambangan kripto.
  • Jika perangkat menggunakan paket data, pengguna akan melihat peningkatan penggunaan data.
  • Bandwidth yang terbuang akan mengurangi kecepatan dan  efisiensi beban kerja komputasi yang sah.
  • Baterai akan berkurang lebih cepat dari sebelumnya dan perangkat dapat berjalan sangat panas.
  • Selain menggunakan antivirus tepercaya, Kaspersky menyarankan para pengguna untuk meningkatkan kesadaran keamanan, monitoring lalu lintas web dan memantau secara berkala muatan servernya.[]

Redaktur: Andi Nugroho