Bisa Terobos Gerbang Sensor ‘Great Firewall’ China, Browser Ini Dihapus di Toko Aplikasi Huawei

Tuber | Foto: via TechCrunch

Cyberthreat.id – Sebuah peramban web (web browser) yang dirilis pekan ini di China membuat terobosan kecil lantaran bisa menembus gerbang sensor internet: Great Firewall.

Dengan aplikasi bernama Tuber  itu kini pengguna China bisa mengakses situs web terlarang, seperti YouTube, Facebook, Twitter, Instagram, Google, dan layanan internet lain yang dilarang pemerintah China.

Halaman pertama aplikasi ketika dibuka menampilkan feed video YouTube dengan tab di bagian bawah memudahkan pengguna mengunjungi layanan internet dari negara-negara Barat lain, tulis TechCrunch, Sabtu (10 Oktober 2020).

Dikembangkan oleh perusahaan keamanan siber China, Qihoo 360 Technology, Tuber telah diunduh jutaan kali. Sayangnya aplikasi itu baru tersedia di Android, belum bisa diakses untuk pengguna iOS, demikian seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (10 Oktober).

Dalam dua hari, Tuber telah menarik lebih dari 5 juta unduhan hanya di toko aplikasi Android Huawei, tulis TechCrunch.

Namun, pada Sabtu sore, Tuber telah dihapus dari toko Android Huawei dan salinan yang telah diunduh berhenti berfungsi, meninggalkan pengguna dengan pesan: “sedang dalam proses peningkatan sistem."

Belum ada penjelasan dari pengembang: mengapa aplikasi tak tersedia di toko Android Huawei.

Aplikasi proxy—sistem yang memungkinkan pengguna mengakses jaringan internet dengan IP berbeda ketika diterima perangkat—semacam itu bukanlah hal baru di China.

Layanan jaringan pribadi virtual (VPN) biasanya dipakai pengguna China untuk menembus gerbang Great Firewall. Mereka biasanya untuk mengaskes situs-situs web yang selama ini dilarang, seperti Google, YouTube, Facebook, dan lainnya.

Meskipun disambut baik oleh pengguna internet di China, beberapa orang mengeluhkan kelambatan aplikasi. Sejumlah informasi yang menyinggung masalah politik sensitif, seperti insiden demonstrasi rusuh di Lapangan Tiananmen pada 1989 dan protes Hong Kong tahun lalu juga disensor sebagian, menurut Reuters.

Yang menarik dicermati adalah pengguna aplikasi juga harus mendaftar dengan informasi pribadi, seperti nomor kartu identitas dan nama asli mereka, sembari diperingatkan agar tidak melanggar kepentingan negara dan menentang sistem sosialis negara.

“Platform dapat menangguhkan akun pengguna dan membagikan data mereka "dengan otoritas terkait" jika mereka "secara aktif menonton atau membagikan" konten yang melanggar konstitusi, membahayakan keamanan dan kedaulatan nasional, menyebarkan rumor, mengganggu tatanan sosial atau melanggar hukum lokal lainnya,” menurut syarat dan ketentuan layanan aplikasi.

Banyak informasi tentang peramban ini masih sumir, seperti motif di baliknya dan teknologi yang digunakannya untuk melewati mesin sensor China yang rumit.

Sejauh ini Qihoo 360 belum bisa dihubungi untuk dimintai komentar. Tidak jelas apakah Beijing memberikan lampu hijau kepada Qihoo 360 untuk melanjutkan proyek browser.[]