Menlu AS Sebut Investasi Huawei Bak ‘Tindakan Predator’, Apa Maksudnya?

Logo Huawei. | Foto: Karlis Dambrans/Shutterstock

Cyberthreat.id – Huawei Technology, perusahaan telekomunikasi China, dalam beberapa hari terakhir mendapat “serangan verbal” oleh pejabat pemerintah Amerika Serikat.

Dalam dua hari kunjungannya ke Italia, sejak Rabu (30 September 2020), Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo membuat pernyataan sengit yang ditujukan kepada Huawei.

Di hari terakhir, Jumat (2 Oktober 2020), saat diwawancarai oleh surat kabar La Repubblica, Menlu AS menyebut bahwa investasi Huawei di China bukanlah transaksi pasars biasa, melainkan “tindakan predator” dan semua negara harus melarang bisnisnya.

“Investasi mereka bukan swasta karena mereka disubsidi oleh negara (China). Oleh karena itu, transaksi tersebut tidak transparan, bebas, dan komersial seperti banyak transaksi lainnya, tetapi lebih dilakukan untuk keuntungan eksklusif aparat keamanan (China)," kata Pompeo seperti dikutip dari kantor berita Reuters.

"(Investasi Huawei) adalah ‘tindakan predator’ yang tidak boleh atau dapat diizinkan oleh negara mana pun," ia menambahkan.

Dia meminta Eropa dan Amerika Serikat untuk bergabung untuk mencegah Partai Komunis China dalam segala rencananya di luar negeri.

Huawei berkali-kali selalu membantak tudingan AS.

Terpisah, Presiden Huawei Italia, Luigi De Vecchis, menyatakan siap untuk diperiksa secara menyeluruh demi menunjukkan bahwa teknologinya tidak menimbulkan risiko dan berbahaya apa pun bagi negara-negara yang sangsi terhadap peranti keras pada jaringan 5G-nya.

“Kami akan membuka bagian dalam kami, kami siap untuk dibedah guna menanggapi semua tekanan politik ini ...," kata dia pada acara pembukaan pusat keamanan dunia maya Huawei di Roma, Italia, Rabu (30 September 2020) seperti dikutip dari Reuters. (Baca: Dipojokkan dan Dituding sebagai Alat Spionase China, Huawei: Kami Terbuka dan Silakan Bedah Perusahaan Kami!)

Komentar itu muncul pada hari yang sama ketika Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo memulai kunjungan dua hari ke Italia.

Amerika Serikat telah melobi Italia dan sekutu Eropa lainnya untuk menghindari penggunaan peralatan Huawei di jaringan 5G-nya. AS menuding perusahaan tersebut dapat menimbulkan risiko keamanan nasional. Huawei menolak berkali-kali soal tuduhan itu.

"Saya heran dan tak bisa berkata-kata bahwa negara sebesar Amerika Serikat menyerang negara lain melalui penghancuran (demolition), melalui tuduhan tak berdasar," katanya.

Selama pertemuan dengan Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte, Pompeo menyoroti hubungan bisnis dan investasi yang substansial antara Amerika Serikat dan Italia dan memperingatkan risiko melakukan bisnis dengan China, juru bicara Menteri Luar Negeri AS mengatakan.

Pada Selasa lalu, Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk urusan ekonomi, Keith Krach, juga meminta agar Eropa tak usah memakai perangkat Huawei dan ZTE untuk jaringan 5G.

Ia menilai bahwa perusahaan telekomunikasi asal China itu bagian dari spionase pemerintah China.Ia mengatakan hal itu untuk mengingatkan kepada Jerman dan Italia yang sedang mempertimbangkan terkait proyek jaringan 5G, demikian seperti dikutip dari Reuters.

Menurut Krach, Nokia dari Finlandia dan Ericsson dari Swedia adalah perusahaan yang harus dipilih pemerintah Eropa.

“Huawei adalah ‘tangan dari negara pengawas Partai Komunis China dan alat untuk pelanggaran hak asasi manusia’," kata Krach dalam acara yang digelar lembaga think-tank German Marshall Fund.[](Baca: Wamenlu AS: Eropa Tak Usah Pakai Huawei dan ZTE)