Dipojokkan dan Dituding sebagai Alat Spionase China, Huawei: Kami Terbuka dan Silakan Bedah Perusahaan Kami!
Cyberthreat.id – Huawei Technologies menyatakan siap untuk diperiksa secara menyeluruh demi menunjukkan bahwa teknologinya tidak menimbulkan risiko dan berbahaya apa pun bagi negara-negara yang sangsi terhadap peranti keras pada jaringan 5G-nya.
“Kami akan membuka bagian dalam kami, kami siap untuk dibedah guna menanggapi semua tekanan politik ini ...," kata Presiden Huawei Italia, Luigi De Vecchis, pada acara pembukaan pusat keamanan dunia maya Huawei di Roma, Italia, Rabu (30 September 2020) seperti dikutip dari Reuters, diakses Jumat (2 Oktober 2020).
Komentar itu muncul pada hari yang sama ketika Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo memulai kunjungan dua hari ke Italia.
Amerika Serikat telah melobi Italia dan sekutu Eropa lainnya untuk menghindari penggunaan peralatan Huawei di jaringan 5G-nya. AS menuding perusahaan tersebut dapat menimbulkan risiko keamanan nasional. Huawei menolak berkali-kali soal tuduhan itu.
"Saya heran dan tak bisa berkata-kata bahwa negara sebesar Amerika Serikat menyerang negara lain melalui penghancuran (demolition), melalui tuduhan tak berdasar," katanya.
De Vecchis mengatakan, terlepas dari semua tekanan tersebut, Huawei tidak berniat meninggalkan pasar Italia dan sedang mempertimbangkan untuk menambahkan produk lebih lanjut di bidang-bidang seperti energi.
“Sangat tidak mungkin Huawei akan meninggalkan pasar karena situasi saat ini,” kata dia.
De Vecchis mengatakan pembukaan acara Huawei pada hari yang sama dengan kedatangan Pompeo di Italia adalah kebetulan saja. Ia tidak mengetahui masalah apa pun yang berkaitan dengan penutupan kesepakatan 5G di Italia.
Selama pertemuan dengan Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte, Pompeo menyoroti hubungan bisnis dan investasi yang substansial antara Amerika Serikat dan Italia dan memperingatkan risiko melakukan bisnis dengan China, juru bicara Menteri Luar Negeri AS mengatakan.
Terpisah, Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk urusan ekonomi, Keith Krach, juga meminta agar Eropa tak usah memakai perangkat Huawei dan ZTE untuk jaringan 5G.
Ia menilai bahwa perusahaan telekomunikasi asal China itu bagian dari spionase pemerintah China.
Ia mengatakan hal itu untuk mengingatkan kepada Jerman dan Italia yang sedang mempertimbangkan terkait proyek jaringan 5G, demikian seperti dikutip dari Reuters, Selasa (29 September 2020).
Menurut Krach, Nokia dari Finlandia dan Ericsson dari Swedia adalah perusahaan yang harus dipilih pemerintah Eropa.
“Huawei adalah ‘tangan dari negara pengawas Partai Komunis China dan alat untuk pelanggaran hak asasi manusia’," kata Krach dalam acara yang digelar lembaga think-tank German Marshall Fund.
Krach, yang telah mengadakan pembicaraan dengan para eksekutif dan pejabat Jerman, juga menuding Huawei dengan tindakan keras keamanan China di Hong Kong dan penindasan terhadap Muslim Uighur.
Namun, ia tidak memberikan bukti apa pun selama pidato daringnya itu.[] (Baca: Wamenlu AS: Eropa Tak Usah Pakai Huawei dan ZTE)