Ini Dua Pekerjaan Paling Dibutuhkan Ekosistem Fintech

Diskusi bertajuk Fintech Ecosystem in Indonesia pada Halalbihalal keluarga besar Mastel di Jakarta, Jumat (21/06/2019) | Foto: Arif Rahman

Jakarta, Cyberthreat.id - Riset Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) menyatakan pekerjaan sebagai Data/Analytics dan Programmer berada di urutan paling atas dalam ekosistem financial technology (Fintech). 

Dua jenis pekerjaan ini memiliki tantangan paling besar di Indonesia karena literasi maupun pendidikannya berada di luar jalur formal.

Riset menyatakan sembilan jenis lapangan pekerjaan. Setelah Data/Analytics dan Programming, jenis pekerjaan ketiga adalah manajemen resiko. Keempat adalah Financial Industry Knowledge dan kelima User Experience / User Interface (UX/UI) Design. 

Keenam Manajemen Bisnis, Ketujuh Sales dan Marketing, Kedelapan pekerjaan lain yang berhubungan dengan Fintech dan terakhir adalah pekerjaan yang berhubungan dengan bahasa.

"Sepertiga atau sekitar 30 persen dari pekerjaan itu lahir dari in house training," kata Ketua Eksekutif Digital ID, Ajisatria Suleiman, kala memaparkan hasil riset Aftech pada acara Halalbihalal Mastel di Jakarta, Jumat (21 Juni 2019). 

Hanya sekitar 17 persen yang dari pekerjaan itu direkrut dari universitas terkemuka. Kemudian 17 persen berikutnya merupakan pekerja berpengalaman yang direkrut dari fintech lain dan hanya sebagian kecil yang berasal dari luar negeri. 

"Mayoritas pekerjanya memang memakai tenaga kerja anak bangsa," ujarnya.

Sementara itu, pasar Fintech membuat 66 persen program in house training bermaterikan pelatihan dan pengembangan di bidang IT. Selebihnya adalah skill desain, skill marketing, kepemimpinan dan skill lain yang berhubungan.

Indonesia, kata Aji, membutuhkan tiga infrastruktur digital yang krusial bagi perkembangan Fintech di Tanah Air. Ketiganya adalah Digital Payments, Online Lending dan Other Verticals. 

Ketiganya memerlukan infrastruktur fisik mulai dari koneksi internet, e-KYC (Know Your Customer), infrastruktur awan hingga fraud database untuk mendeteksi calon pelanggan/pengguna yang berpotensi melakukan kejahatan.

Kontribusi Fintech Tahun 2018

Riset Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyatakan sepanjang tahun 2018 Fintech berhasil menyerap tenaga kerja sebanyak 215.433 orang. 

Fintech juga terbukti menstimulus tiga jenis bisnis. Pertama, stimulus terhadap pertumbuhan Perbankan sebesar 0,8 persen. Stimulus perusahaan pembiayaan sebesar 0,6 persen dan mendukung perkembangan usaha di bidang Teknologi Informasi (IT) sebesar 0,2 persen.

Kemudian Fintech lending terbukti meningkatkan penyaluran kredit khususnya ke sektor UMKM.

Pengembangan Fintech selama dua tahun belakangan juga berhasil meningkatkan GDP sebesar Rp 25,97 triliun. Terakhir, Fintech menambah pendapatan (upah dan gaji) sebesar Rp 4,56 triliun.

Fakta lainnya adalah mayoritas Fintech di Tanah Air terjadi di Jabodetabek. Ada empat kota yang disebut paling banyak mencatatkan Fintech selain Jakarta yakni Bandung, Surabaya, Yogyakarta dan Bali. 

Lima kota itu merupakan 60 persen dari total transaksi Fintech yang terjadi di Indonesia.