Red Hat Luncurkan OpenShift Versi Terbaru, Virtualisasi di Era Cloud Native

Ilustrasi

Cyberthreat.id - Red Hat meluncurkan OpenShift 4.5 pada Jumat (18 September 2020). Sebagai versi terbaru (yang dibangun) dari platform Kubernetes, Red Hat OpenShift 4.5 mencakup OpenShift Virtualization yang didesain untuk membantu organisasi/perusahaan mendobrak hambatan aplikasi antara infrastruktur tradisional dan cloud-native serta memperluas kontrol atas sumber daya yang terdistribusi.

"Dengan OpenShift, pelanggan kami dapat mengembangkan infrastruktur mereka ke depan untuk memanfaatkan kemajuan cloud tanpa mengabaikan investasi infrastruktur sebelumnya," kata Ashesh Badani, Senior VP Red Hat Cloud Platforms, Jumat (18 September 2020).

OpenShift Virtualization memungkinkan organisasi IT memindahkan beban kerja VM standar ke Kubernetes, sehingga menghilangkan sekat-sekat (silo) pada alur kerja dan pengembangan yang biasanya terjadi antara application stack tradisional dan cloud-native.

Meruntuhkan Penghalang antara Beban Kerja Cloud-native dan Tradisional

OpenShift Virtualization pertama kali diperkenalkan di Red Hat Summit 2020 sebagai fitur preview teknologi. Kini sudah tersedia dan termasuk di dalam Red Hat OpenShift Container Platform tanpa biaya tambahan.

Dilahirkan dari proyek open source KubeVirt, OpenShift Virtualization memungkinkan organisasi untuk mengembangkan, menjalankan, dan mengelola aplikasi yang terdiri dari VM, container, dan fungsi tanpa server (serverless).

Semuanya dalam satu platform Kubernetes modern yang berjalan pada infrastruktur bare-metal. Dengan OpenShift Virtualization, Red Hat membawa application stack tradisional lebih jauh ke dalam suatu layer inovasi terbuka, sehingga memungkinkan pelanggan untuk benar-benar bertransformasi dengan kecepatan yang mereka tentukan sendiri.

Dengan membawa aplikasi baru maupun lama ke arsitektur yang sama, OpenShift Virtualization menyajikan pengalaman pengembangan yang konsisten dan meningkatkan kemampuan organisasi/perusahaan untuk menciptakan inovasi secepat mungkin.

Begitu VM dimigrasikan dan dikelola oleh Red Hat OpenShift, VM tersebut akan ter-containerized dari waktu ke waktu, atau dipertahankan sebagai mesin virtual. Hal ini memungkinkan pengguna untuk mengembangkan dan meluncurkan aplikasi hybrid yang dibangun melalui container dan VM, untuk dijalankan secara berdampingan di platform yang sama.

Meningkatkan Fleksibilitas dan Lebih Banyak Pilihan bagi Infrastruktur Dasar

Red Hat OpenShift 4.5 juga memperkenalkan otomatisasi full-stack untuk menjalankan VMware vSphere, sehingga untuk menjalankan Red Hat OpenShift di lingkungan yang mendukung vSphere, bakal semudah menekan tombol.

Dengan otomatisasi full-stack, administrator hanya perlu memberikan kredensial untuk menjalankan vSphere, dan penginstal akan menyediakan semua sumber daya yang diperlukan, sehingga penyiapan awal akan lebih cepat dan pengelolaan serta maintenance berkelanjutan yang lebih mudah.

Tambahan support OpenShift pada VMware vSphere di infrastruktur yang sudah ada sebelumnya memudahkan administrator menerapkan OpenShift di lingkungan vSphere yang highly customized.

Dari waktu ke waktu pengalaman penginstalasian otomatisasi full-stack telah meluas, mencakup AWS, Google Cloud Platform, Microsoft Azure, Red Hat Virtualization, dan Red Hat OpenStack Platform. Para pelanggan dapat menjalankan kluster OpenShift di berbagai lingkungan cloud maupun on-premise, dengan pengalaman otomatisasi yang sama.

Kini, dengan hadirnya kemampuan menjalankan vSphere secara otomatis sepenuhnya, Red Hat memudahkan perusahaan-perusahaan menjalankan platform container kelas enterprise pada infrastruktur virtual yang ada, sehingga perusahaan memiliki lebih banyak pilihan platform infrastruktur yang mendasarinya. []