ZTE-Telkom Kembangkan 5G di Indonesia

Ilustrasi

Jakarta, Cyberthreat.id - ZTE Corporation perusahaan penyedia solusi telekomunikasi dan internet seluler menjalin kerjasama dengan PT Telkom untuk mengembangkan teknologi 5G di Indonesia. Melalui penadatanganan nota kesepahaman (MoU), diharapakan, kedua perusahaan tersebutmampu mengembangkan jaringan 5G dan mengeksplorasi bidang baru 5G di Indonesia.

Ririek Adriansyah, Direktur Utama Telkom Indonesia mengaharapkan, kerjasama yang terjalin dapat memberikan manfaat, khususnya untuk pengembangan ekosistem digital di Indonesia.

“Kerjasama ZTE dan Telkom Indonesia telah terjalin lama dalam berbagai bidang seperti fixed access, bearer transmission, core network, dan teknologi lainnya. Nota kesepahaman ini menandakan kesiapan ZTE dan Telkom Indonesia untuk menyambut era 5G yang akan datang,” kata Ririek melalui siaran pers, Jumat, (21/6/2019)

Sebelumnya, ketika masih menjabat sebagai Direktur Utama Telkomsel, dalam sebuah kesempatan media gathering di Denpasar, Bali, Belum lama ini, Ririek menuturkan, penerapan teknologi generasi ke-5 (5G) di Indonesia masih membutuhkan waktu yang panjang. Karena, masih terdapat berberapa isu krusial masih menjadi kendala penerapan teknologi internet cepat ini. Selain karena belum ada regulasi penetapan frekuensi dari pihak regulator, kebutuhan pasar yang riil akan teknologi 5G di Indonesia juga ternyata belum ada.

Ririek menambahkan, secara global, penerapan teknologi 5G masih terkendala isu monetisasi. Sedangkan di Indonesia, kebutuhan pasar akan teknologi 5G juga belum nampak.

“Secara riil belum ada kebutuhan di Indonesia. Belum ada use case atau bisnis model yang tepat untuk menerapkan teknologi 5G di Indonesia,” kata Ririek.

Menurut Ririek, secara teknologi, ketersediaan teknologi 5G memang sudah ada. Namun, penerapannya masih membutuhkan waktu. Karena harus dikaji lebih jauh terkait use case yang tepat untuk diterapkan di Indonesia.

“Masih perlu waktu. Tetapi memang kita sudah melakukan trial dengan teknologi ini. Misalnya beberapa event besar, seperti Asian Games baru-baru ini, kita juga sudah lakukan trial. Tetapi untuk kebutuhan market yang riil belum ada,” ujar Ririek.

Ririek menilai, memang ada kebutuhan untuk sektor industri, misalnya untuk penerapan Internet of Things (IoT). Tetapi, menurut dia, penerapan IoT masih bisa digunakan dengan teknologi 4G. “jadi pemerintah bersama stakeholder lainnya masih mencari opsi lain. Tetapi untuk IoT masih bisa disolusikan dengan teknologi 4G. Saya rasa IoT yang butuh 5G belum banyak,” ungkap Ririek.

Namun, Ririek memastikan, teknologi 5G masih tetap bisa diadopsi untuk kebutuhan tertentu. Misalnya, di Indonesia digunakan untuk menambah kapasitas di fix wirelees. Tetapi itu hanya untuk di spot-spot terterntu saja, yang dirasa kecepatan internet-nya belum cukup.

“Mungkin bisa di Indonesia, tetapi hanya untuk kawasan tertentu saja. Misalnya untuk menambah kapasitas di fix wireless. Tetapi untuk secara umum, saya rasa belum ada. Tetapi, kami akan terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi baru, seperti 5G, sehingga bisa membantu di titik-titik tertentu yang memang sangat membutuhkan kapasitas internet cepat,” kata Ririek.[]