15 Tahun Berdiri, Ini Sejumlah Fakta tentang YouTube

Ilustrasi | Foto: YouTube

Cyberthreat.id – Platform berbagi video daring milik Google, YouTube, telah menjalani tahun ke-15. Posisinya semakin menyisihkan stasiun televisi.

Apalagi di masa pandemi Covid-19, saluran video streaming menjadi salah satu hiburan orang-orang selama menjalani masa karantina di rumah.

Tercatat, pengguna YouTube sesuai dengan klaim perusahaan di situs webnya, diakses Kamis (17 September 2020), mencapai kurang lebih dua miliar yang mengunjungi setiap bulan.

Dalam hitungan hari, kata YouTube, orang menonton video sebanyak satu miliar jam video dan menghasilkan miliaran penayangan. “Lebih dari 70 persen waktu tonton YouTube berasal dari perangkat seluler. Mereka berusia antara 18 hingga 34 tahun,” tulis YouTube di blog perusahaan.

YouTube kini telah meluncurkan versi lokal di lebih dari 100 negara dan tersedia dalam 80 bahasa yang berbeda.

Selama lima tahun terakhir, YouTube telah membayar lebih dari US$ 2 miliar kepada mitra alias YouTuber yang telah memilih untuk memonetisasi klaim mereka menggunakan Content ID.

“Ada 9.000 lebih mitra yang menggunakan Content ID, termasuk studio film, jaringan lembaga penyiaran, dan label rekaman,” tulis YouTube.

Mitra YouTube telah mengklaim lebih dari 800 juta video sejak Content ID diterapkan. “Kami memiliki lebih dari 75 juta file referensi aktif di database Content ID kami; salah satu yang terlengkap di dunia,” tulis perusahaan.

YouTube juga menyediakan layanan premium dengan konten-konten yang berbeda. Tentu saja bebas iklan.

YouTuber pertama kali berdiri pada 15 Februari 2005 oleh tiga serangkai, mantan karyawan PayPal, yaitu Chad Hurley, Steve Chen, dan Jawed Karim. Akhir 2006, Google membelinya dengan seharga US$ 1,65 miliar.

Kesuksesan itu juga tak selalu mulus, YouTube terus dikritik tentang video-video yang mengandung provokasi dan kekerasan siber (cyberbullying), penghinaan, ekstremisme, konten seksual, dan lain-lain yang tak pantas. Baru-baru ini, YouTube melarang akun YouTuber terkenal Calvin Lee Vail lantaran melakukan penghinaan kasar terhadap content creator lain.

Agustus tahun lalu, CEO YouTube Susan Wojcicki kala itu mengatakan, sifat terbuka dari platform (open platform) memang memiliki sisi gelap. Karena memungkinkan munculnya konten disinformasi, rasisme, dan lain-lain di platform.

Tantangannya, kata dia, bagaimana menemukan keseimbangan antara keterbukaan dan menjaga komunitas situs web setiap.

"Dengan semakin banyaknya masalah yang muncul, semakin banyak pembuat kebijakan, pers, dan pakar yang mempertanyakan apakah platform terbuka itu berharga ... atau bahkan layak," tulis Wojcicki seperti dikutip dari CNET.

"Terlepas dari kekhawatiran ini, saya yakin mempertahankan platform terbuka lebih penting dari sebelumnya."

"Tapi, saya percaya bahwa mendengar berbagai perspektif pada akhirnya membuat kita menjadi masyarakat yang lebih kuat dan lebih berpengetahuan, bahkan jika kita tidak setuju dengan beberapa pandangan tersebut."[]