Amerika Dakwa Dua Peretas Asal Iran dan Palestina sebagai Perusak Situs Web AS setelah Terbunuhnya Jenderal Soleimani

Gambar Trump yang diunggah di situs web FDLP oleh hacker yang mengklaim berasal dari Iran. | Foto: Mirror.co.uk

Cyberthreat.id - Departemen Kehakiman Amerika Serikat merilis dakwaan yang menuduh dua peretas memprakarsai perusakan massal terhadap situs web Amerika setelah terbunuhnya jenderal militer Iran Qasem Soleimani oleh pasukan Amerika awal tahun ini.

Menurut dakwaan itu, kedua peretas bernama Behzad Mohammadzadeh (alias Mrb3hz4d), 19 tahun, dari Iran, dan Marwan Abusrour (alias Mrwn007), 25 tahun, asal Palestina.

Mohammadzadeh, yang dianggap sebagai pelaku utama serangan itu, dituduh membobol setidaknya 51 situs AS dan memposting gambar mendiang Soleimani serta pesan seperti "Ganyang Amerika".

Perusakan terutama menghantam domain yang di-hosting AS dan dimulai pada 3 Januari, sehari setelah pejabat AS mengumumkan pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani dalam serangan serangan pesawat tak berawak terhadap mobilnya di dekat Bandara Internasional Baghdad.

Menurut dakwaan, setelah pengumuman ini, Mohammadzadeh memulai aksi peretasan yang luas.

Sementara dakwaan menuduh Mohammadzadeh merusak 51 situs web, pejabat AS mengatakan bahwa profil di Zone-H, situs web tempat peretas sering mengindeks dan mencatat perusakan web yang mereka lakukan, tercantum lebih dari 1.100 situs web yang dirusak oleh peretas Iran itu, dengan 400 situs berikut ditampilkan pesan pro-Soleimani.


Tangkapan layar Indeks peretasan oleh Mohamadzadeh alias Mrb3hz4d yang tercatat di situs Zone-H.

Ada pun Marwan Abusrour, pemuda asal Palestina itu, didakwa dengan peran kecil. Jaksa penuntut mengatakan bahwa pemuda Palestina itu memberi Mohammadzadeh akses ke tujuh situs web untuk dirusak tampilannya.

Meskipun demikian, pejabat AS mengatakan bahwa Abusrour juga memiliki sejarah dalam merusak situs web, dengan nama peretasnya ditemukan di lebih dari 337 situs web yang dirusak dengan pesan pro-Palestina, sejak Juni 2016.

Perusakan yang dilakukan oleh dua peretas mendapat liputan media yang cukup besar awal tahun ini. Namun, menurut ZDnet, liputannya sedikit berlebihan, dengan beberapa outlet berita menyebut peretasan tingkat rendah ini sebagai tanggapan pemerintah Iran sebagai bagian dari "perang cyber nuklir" yang akan datang.

Hal semacam itu tidak terjadi, dan situs web paling terkenal yang diretas oleh Mohammadzadeh adalah portal untuk Program Perpustakaan Penyimpanan Federal AS, yang segera dihapus dan dipulihkan setelah perusakan.

Dalam serangan deface pada Sabtu (4 Januari 2020) malam, laman situs web menampilkan gambar Presiden AS Donald Trump dengan mulut berdarah karena ditinju oleh tangan pasukan Pengawal Revolusi Iran.

Gambar itu mengklaim pesan dari Republik Islam Iran. Di laman situs tersebut, tercantum keterangan: “Hacked by Iran Cyber Security Group HackerS. This is only small part of Iran's cyber ability! We're always ready." (Diretas oleh Grup Keamanan Siber Iran HackerS. Ini hanya sebagian kecil dari kemampuan dunia maya Iran). (Baca: Situs Web Pemerintah AS Diretas, Hacker Klaim Diri asal Iran).

Perusakan, meskipun pada spektrum serangan dunia maya yang lebih rendah, masih ilegal. Kedua peretas tersebut kini telah didakwa dan berisiko dihukum hingga 10 tahun penjara dan denda hingga US$ 250 ribu jika terbukti bersalah.

Kedua peretas itu hingga kini masih berstatus buronan FBI.[]