IBM Minta AS Batasi Ekspor Teknologi Facial Recognition

Ilustrasi | Foto: freepik.com

Cyberthreat.id – International Business Machines Corporation (IBM), perusahaan perangkat keras dan lunak untuk komputer, mendorong agar pemerintah Amerika Serikat membatasi ekspor sistem pengenalan wajah (facial recognition) kepada Departemen Perdagangan AS.

Pembatasan itu terutama kepada negara-negara yang berpotensi memanfaatkan teknologi itu untuk pengawasan massal, profiling rasial, dan pelanggaran HAM lain.

Dalam suratnya, IBM mengatakan perlu kontrol besar yang lebih ketat untuk teknologi FR. (Baca: Kematian George Floyd Bikin IBM Hentikan Teknologi Pengenalan Wajah)

“Kontrol tersebut disarankan, termasuk juga kontrol ekspor kamera resolusi tinggi yang digunakan untuk mengumpulkan data,” tulis ZDNet, Senin (14 September 2020).

Selain itu, IBM juga menyoroti algoritma perangkat lunak yang digunakan untuk menganalisis dan mencocokkan data dengan database gambar serta pembatasan akses ke database gambar daring yang dapat digunakan untuk melatih ke sistem pengenalan wajah.


Baca:


"Sistem ini berbeda dari sistem pencocokan wajah '1 ke 1', seperti membuka kunci ponsel," kata Wakil Presiden Urusan Peraturan dan Pemerintahan IBM Christopher Padilla. Namun, yang dimaksud dengan sistem pencocokan itu adalah satu ke banyak gambar.

"Dalam aplikasi 'satu ke banyak', sistem dapat, misalnya, memilih wajah dari kerumunan dengan mencocokkan satu gambar dengan database banyak lainnya."

IBM juga menekankan perlunya melatih sistem pada data yang diberi dengan persetujuan.

"Membatasi akses ke data pelatihan dapat menjadi metode yang efektif untuk membatasi kemampuan sistem pengenalan wajah untuk melakukan pengawasan massal dan melakukan pencocokan 'satu ke-banyak', "tulis IBM.

IBM juga merekomendasikan perjanjian multilateral, seperti Perjanjian Wassenaar atau yang serupa, untuk meningkatkan kerja sama global untuk mencegah "rezim represif" dalam mengakses teknologi FR.

"IBM dengan tegas menentang dan tidak akan memaafkan penggunaan teknologi apa pun, termasuk teknologi pengenalan wajah yang ditawarkan oleh vendor lain, untuk pengawasan massal, profiling rasial, pelanggaran HAM atau tujuan apa pun yang tidak sejalan dengan nilai-nilai dan prinsip kami," ujar CEO IBM Arvind Krishna.

Beberapa kota di AS telah melarang penggunaan teknologi pengenalan wajah, termasuk San Francisco, Oakland, San Diego, dan yang terbaru Portland.

Uni Eropa juga sedang mempertimbangkan larangan pengenalan wajah hingga lima tahun di tempat umum, seperti taman, tempat wisata, dan tempat olahraga.[]