Apple Minta Trump Batalkan Tarif Impor Barang China
New York, Cyberthreat.id - Apple mendesak pemerintah Amerika Serikat untuk membatalkan rencana pemberlakukan kebijakan tarif impor baru untuk barang-barang China.
Pemerintah AS berencana memberlakukan tarif impor terhadap produk-produk China senilai US$ 300 miliar jika kedua negara tidak mendapat mencapai kesepakatan perdagangan. Rencana, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China X Jinping akan bertemu di KTT G20 di Jepang, pekan depan.
Dalam suratnya ke Gedung Putih pada Kamis (20 Juni 2019), perusahaan iPhone itu mengatakan, jika tarif itu dibatalkan akan meringankan perusahaannya. Tarif yang diusulkan tersebut soalnya mencakup produk-produk utama, termasuk iPhone, iPad, dan Airpod serta suku cadang yang digunakan untuk memperbaiki perangkat di AS.
"Kami mendesak pemerintah AS untuk tidak mengenakan tarif pada produk-produk tersebut," tulis Apple dalam suratnya kepada Perwakilan Dagang AS Robert Lightizer seperti diberitakan BBC, yang diakses Jumat (21 Juni 2019).
Menurut Apple, dengan tarif impor baru akan merusak daya saing globalnya juga memangkas kontribusi yang dapat diberikan ke Departemen Keuangan AS.
Apple mengatakan, bahwa perusahaannya termasuk pembayar pajak perusahaan terbesar ke pemerintah dan menegaskan akan menyumbangkan lebih dari US$ 350 miliar untuk perekonomian AS selama lima tahun.
Jika tarif impor itu diberlakukan, Apple mengatakan, akan menerima pukulan besar karena perusahaan China dan non-AS lain tidak memiliki pasar signifikan di AS.
Tak hanya Apple yang merasakan pukulan itu. Desakan serupa juga disampaikan sejumlah perusahaan, di antaranya Keurig Dr Pepper Inc, Dollar Tree Inc, dan Fitbit Inc.
Sekadar diketahui, sekitar 88 presen dari produk pembuat kopi yang dijual di AS diimpor dari China, tulis perusahaan kopi dan minuman, Keurig Dr Pepper.
"Banyak perusahaan AS bergantung pada China untuk mendapatkan beragam produk," tulis Reuters yang diakses Jumat (20 Juni 2019).
Rencana pemerintah, daftar barang-barang yang bakal terkena tarif impor baru yang diterapkan 2 Juli mendatang mencakup hampir semua produk. Tambahan tarif impor 25 persen pada produk rumah tangga akan berdampak pada signifikan bagi pengeluaran warga AS berpenghasilan menengah dan rendah. Jika tarif itu benar-benar berlaku, akan mempengaruhi penjualan barang di Natal tahun ini seperti ponsel, komputer, mainan, dan elektronik lain.
Pindah Produksi: Indonesia Dibidik
Apple juga sedang mempertimbangkan untuk memindahkan sebagian besar produksi iPhone-nya keluar dari China. Raksasa teknologi asal Silicon Valley, California, AS tersebut berusaha untuk menghindari tarif impor baru yang akan diterapkan pemerintahan Presiden Donald Trump.
Pada Rabu (19 Juni 2019), Nikkei Asian Review mengatakan, Apple telah meminta sejumlah rekanan pemasok besarnya untuk mengevaluasi perpindahan antara 15 persen hingga 30 persen dari produksi iPhone untuk keluar dari China.
Asia Tenggara menjadi alternatif yang dilirik Apple, tulis Reuters. Sejumlah negara yang masuk dalam pertimbangan adalah Indonesia, Vietnam, dan Malaysia. Di luar ASEAN, negara yang bakal dipertimbangkan adalah Meksiko dan India.
Awal Juni, lembaga pemeringkat kredit Fitch sempat mengeluarkan pendapat terkait hubungan dagang AS dan China. Jika China melakukan hal serupa seperti AS yang membuat daftar hitam perusahaan (Huawei, salah satunya), kemungkinan besar yang terkena imbas adalah Apple, Dell Technologies, dan HP Inc.
Seperti diketahui, selama ini Apple bekerja sama dengan Foxconn, Pegatron Corp, dan Wistron Corp untuk perakitan iPhone; Quanta Computer Inc untuk produksi MacBook; Compal Electronics Inc untuk iPad; dan Inventec Corp, Luxshare-ICT, dan Goertek dalam produksi AirPods.
Pekan lalu, Foxconn mengatakan, memiliki kapasitas yang cukup di luar China untuk memenuhi permintaan Apple di pasar AS.
Apple hingga kini belum menetapkan batas waktu kapan hal itu akan dilakukan. Yang jelas, tarif impor US$ 300 miliar atas barang-barang China yang direncanakan berlaku 2 Juli mendatang bakal menggelembungkan biaya produksi iPhone.
Dan Ives, analis ekonomi dari Wedbush Securities, seperti dikutip dari Fortune,melihat bahwa rencana perpindahan itu tidak serta merta dalam waktu dekat. Skenario terbaik Apple adalah kemungkinan memindahkan antara 5-7 persen dari produksi iPhone di China. Dan, itu kemungkinan baru bisa dilakukan 12-18 bulan ke depan di India.
Mengingat kerumitan dalam distribusi logistik, perpindahan sekitar 15 persen setidaknya membutuhkan waktu sekitar 2-3 tahun ke depan. Menurut dia, perpindahan yang realistis yaitu ke India atau Taiwan.
Reuters mencatat, China adalah pasar utama bagi Apple dan juga pusat produksi utama untuk perangkatnya. Perusahaan ini mendapat hampir 18 persen dari total pendapatan dari China pada kuartal 2019.
Menurut Ives, memindahkan produksi iPhone dari China dapat menyebabkan masalah dalam rantai pasokan atau bahkan menyebabkan biaya produksi Apple lebih tinggi lagi.