Irlandia Minta Facebook Setop Transfer Data Pengguna Uni Eropa ke AS

Facebook | Foto: Cyberthreat.id/Andi Nugroho

Cyberthreat.id – Komisi Perlindungan Data Irlandia sejak awal Agustus lalu telah meminta Facebook agar menyetop transfer data pengguna dari Uni Eropa ke Amerika Serikat.

Saat ini, Komisi tengah menyelidiki atas transfer data tersebut, demikian seperti dikutip dari CNET, diakses Jumat (11 September 2020).

Instruksi tersebut mengikuti keputusan hukum Uni Eropa pada Juli lalu yang menyebutkan, standar transfer data antara Uni Eropa dan AS tidak cukup melindungi privasi pengguna.

Hal itu lantaran UE memiliki undang-undang privasi yang lebih ketat ketimbang AS. “Dan, bisa saja pemerintah AS dapat mengumpulkan data pengguna UE sesuai hukum pengawasan setempat,” tulis CNET.

Sebelumnya, Pengadilan Uni Eropa memutuskan bahwa aturan Perlindungan Privasi (Privacy Shield) UE-AS yang mengizinkan perusahaan untuk mengirim data warga negara UE ke AS dibatalkan.

Menanggapi keputusan itu, Facebook telah "menetapkan posisi kami tentang bagaimana mengamankan stabilitas jangka panjang transfer data internasional," kata Nick Clegg, Wakil Presiden Facebook Urusan dan Komunikasi Global.

"Ketiadaan transfer data internasional yang aman, terjamin, dan legal akan merusak ekonomi dan menghambat pertumbuhan bisnis berbasis data di UE, sama seperti kami mencari pemulihan dari COVID-19," kata Clegg dalam pernyataan, Rabu (9 September).

Pendek kata, menurut dia, kondisi itu membuat perusahaan teknologi, rumah sakit, dan universitas di Eropa tidak dapat menggunakan penyedia cloud AS atau pusat panggilan di luar UE.

"Dampaknya akan melampaui dunia bisnis, dan dapat berdampak pada layanan publik yang kritis seperti kesehatan dan pendidikan," ujar dia.

Keputusan pengadilan UE muncul setelah aktivis privasi Austria Maximilian Schrems menentang Privacy Shield pada 2019, mengatakan bahwa data Facebook-nya ditransfer ke AS, di mana program pengawasan pemerintah dapat mengakses data tersebut.

Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross pada Juli mengatakan dia "sangat kecewa" dengan keputusan itu.

"Arus data penting tidak hanya untuk perusahaan teknologi, tetapi juga untuk bisnis dari semua ukuran di setiap sektor," kata Ross.

Demi melanjutkan pemulihan ekonomi pasca-Covid-19, “sangat penting bagi perusahaan, termasuk 5.300 lebih peserta Privacy Shield saat ini, dapat mentransfer data tanpa gangguan, konsisten dengan perlindungan kuat yang ditawarkan oleh Privacy Shield," ujar dia.[]

Redaktur: Andi Nugroho