60 Persen Rapat Kabinet Dilakukan secara Virtual
Cyberthreat.id – Selama pandemi Covid-10, rapat-rapat kerja kabinet Presiden Jokowi dilakukan secara virtual.
Jika dihitung selama periode 24 Oktober 2019 hingga 8 September 2020 (terdapat 150 rapat kabinet), 60 persen rapat dilakukan secara virtual, sisanya tatap muka.
Hal itu disampaikan Asisten Deputi Bidang Penyelenggaraan Persidangan Sekretariat Kabinet RI, Sjahriati Rochmah dalam sedaring “Kolaborasi Digital sebagai Adaptasi Kebiasaan Baru untuk Indonesia Maju” di Jakarta, Kamis (10 September 2020).
"Sejak Maret 2020, kami sudah mulai melakukan sidang maupun rapat secara virtual dan mengurangi rapat secara tatap muka. Kalaupun tatap muka itu dilakukan dengan seminimal anggota dan tetap menerapkan protokol kesehatan," ujar Sjahriati.
Sjahriati mengatakan, sebelum pandemi rapat virtual pernah dilakukan, tetapi sangat jarang.
"Rapat virtual pertama diadakan pada 16 Maret 2020, bersama presiden, wakil presiden beserta jajarannya," ujar dia.
Kelebihan rapat virtual
Secara umum, kata Sjahriati, beberapa kelebihan saat rapat virtual, yaitu mulai tingkat kehadiran peserta yang lebih tinggi karena tidak terbatas oleh tempat dan waktu, pengambilan kebijakan menjadi lebih efektif, dan membuat pemerintah beserta jajarannnya menjadi lebih produktif.
Sjahriati melihat masyarakat saat ini semakin terbiasa menggunakan telekonferensi video meski masih ada kekurangan dari sektor dukungan infrakstutur internet.
Selain itu, ia juga menyoroti soal keamanan dan kerahasiaan informasi dalam sidang yang harus diperhatikan. "Jangan sampai ada pihak yang tidak berkepentingan berusaha untuk mendapatkan akses informasi ke dalam sistem aplikasi video konferensi yang digunakan," ujar dia.
Sjahriati berharap ke depan Indonesia dapat membuat aplikasi telekonferensi video dengan menggunakan bandwidth kecil, yang dapat menjangkau hingga ke pelosok negeri, sehingga dapat mempercepat tranformasi digital di Indonesia.
Sebetulnya, sudah ada aplikasi telekonferensi video lokal Indonesia, yaitu jumpa.id, yang sering muncul dalam berbagai webinar dan diskusi daring. Termasuk di antaranya digunakan oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dalam menyelenggarakan seminar daring. BSSN selama ini memang mendorong lahirnya berbagai platform lokal, sehingga kreasi asli Indonesia bisa berkembang. Itulah sebabnya, BSSN dalam beberapa kesempatan menggunakan platform lokal seperti jumpa.id.[]
Redaktur: Andi Nugroho