Indonesia dalam Radar Cyberattack, Apa Saja Itu?

Ilustrasi | Foto: Freepik.com

Jakarta, Cyberthreat.id – Pada 5 Januari 2017, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengatakan, Indonesia telah menjadi salah satu negara yang mengalami serangan siber cukup besar. Saat itu Wiranto tak menunjukkan data konkret berapa jumlah serangan siber yang muncul.

Jumlah serangan ternyata cukup membelalakkan mata ketika Badan Siber dan Sandi Negara mempublikasikan dua tahun kemudian, pada 26 April 2019.

Direktur Proteksi Ekonomi Digital BSSN, Anton Setiyawan, menyebutkan, jumlah laporan serangan siber pada 2018 mencapai 232.447.974 kali. Fantastis! Dan, ternyata, jumlah itu meningkat dari tahun ke tahun.

Dari jumlah serangan itu, 122.435.215 adalah serangan malware. Menurut data Microsoft Malware Infection Index 2016, Asia Pasifik adalah kawasan yang paling tinggi ancaman malware. Indonesia menempati posisi kedua tertinggi setelah Pakistan.

Secara berurutan dari posisi ketiga hingga 10, yaitu Bangladesh, Nepal, Vietnam, Filipina, Kamboja, India, Srilanka, dan Thailand.


Berita Terkait:


Dari data yang dikeluarkan BSSN itu, jumlah serangan pada laporan publik sebanyak 2.885 kali, celah keamanan 1.872 kali, dan 16.939 kali insiden situs. Sisanya, serangan lain yang tidak dijelaskan lebih rinci oleh BSSN.

Ancaman siber itu diprediksi semakin tinggi seiring pertumbuhan barang-barang internet (internet of things/IoT). Apalagi jumlah pengguna internet Indonesia tiap tahun terus bertambah. Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2018 menyebutkan, jumlah warganet Indonesia 2018 mencapai 171 juta jiwa.

Kolonel Lek Arwin Datumaya WS dalam materi "Sentralisasi Mitigasi Cyberattack di Indonesia" pada 2016 menyatakan, teknologi IoT dapat membawa implikasi kepada organisasi ketika konektivitas tersebut direlasikan dengan infrastruktur kritis nasional, seperti jaringan listrik, sistem transportasi, atau sistem persenjataan negara.

Maka, "Di era konektivitas (saat ini) membuka peluang ancaman siber dan cyberattack yang lebih berbahaya dan mematikan serta berdampak masif bagi satu negara dengan satu klik saja," tulis dia.

Ia pun menjelaskan, sejumlah sasaran yang dari cyberattac, antara lain, sharing threat intelligence, infrastruktur kritis, hardcore, ransomware, sistem pembayaran, layanan cloud, hacktivism, integritas, cyberespionage, stolen data warehouse, automobiles, dan perangkat berkaitan komputer yang dipakai manusia (wearables devices).

Ada macam-macam kejahatan siber di dunia ini. Mengutip dari materi BSSN yang didapatkan Cyberthreat.id, Kamis (20 Juni 2019), kejahatan siber itu antara lain: phising, malware/ransomware, celah keamanan (bug/vulnerabilities), social engineering, serangan DDoS, web defacement, SQL Injection, dan pelanggaran data (data breach).