Riset: Deteksi Penyakit Jantung Koroner Cukup dengan Swafoto

Ilustrasi | Foto: freepik.com

Cyberthreat.id – Sejumlah peneliti medis dan ilmuwan komputer China berkolaborasi mengembangkan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) yang bisa mendeteksi penyakit arteri koroner atau jantung koroner melalui foto wajah atau swafoto.

Dalam beberapa tahun terakhir, aplikasi yang digerakkan oleh kecerdasan buatan telah digunakan dalam praktik klinis sehari-hari, seperti menafsirkan gambar medis, menganalisis elektrokardiogram, dan melacak tanda-tanda vital.

“Dalam studi terbaru, para peneliti China mengeksplorasi kemungkinan dan kelayakan penggunaan AI untuk menyaring jantung koroner melalui foto wajah,” tulis Xinhua, kantor berita China, Senin (31 Agustus 2020).

Penampilan wajah telah lama diidentifikasi sebagai indikator risiko kardiovaskular. Ciri-ciri seperti pola kebotakan pada lelaki, lipatan daun telinga, xanthelasmata (timbunan lemak kekuningan di sekitar atau di kelopak mata), dan kerutan kulit adalah indikator yang paling umum.

Para peneliti dari Pusat Penyakit Kardiovaskular Nasional China dan Universitas Tsinghua pertama kali menguji coba teknologi itu pada 5.796 pasien China.

Para responden menjalani tes pencitraan jantung, diambil foto wajah mereka, dan menjawab kuesioner tentang status sosial ekonomi, gaya hidup dan riwayat kesehatan.

Algoritma AI kemudian dikembangkan dan dilatih berdasarkan data pasien. Algoritma diuji pada foto wajah 1.013 pasien lain di sembilan rumah sakit di China.

Menurut hasil yang dipublikasikan di European Heart Journal, algoritma tersebut memiliki sensitivitas 80 persen dan spesifisitas 54 persen, mengungguli model prediksi tradisional penyakit jantung koroner.

Sensitivitas mengacu pada kemampuan algoritma untuk menunjuk pasien dengan penyakit sebagai positif, sedangkan spesifisitas adalah kemampuan tes untuk menunjuk pasien tanpa penyakit sebagai negatif.

Para peneliti mengatakan studi lebih lanjut diperlukan untuk membuat aplikasi praktis dari algoritma tersebut. Kekhususan yang rendah dari algoritma saat ini menimbulkan kekhawatiran karena hasil positif palsu dapat membingungkan pasien dan dokter, tulis Xinhua.

“Secara keseluruhan, hasil riset menunjukkan, algoritma pembelajaran mendalam berdasarkan foto wajah dapat membantu deteksi penyakit jantung koroner, menjanjikan skrining pra-tes penyakit di masyarakat,” Xinhua menambahkan.[]