Di Tengah Tekanan AS, CEO TikTok Mundur

Kevin Mayer | Foto: Financial Times

Cyberthreat.id – Di tengah tekanan Amerika Serikat, perusahaan media sosial video pendek, TikTok, mengumumkan lewat memo internal bahwa CEO TikTok Kevin Mayer memutuskan mundur.

“Dalam beberapa pekan terakhir, karena kondisi politik yang meruncing, saya berpikir tentang apa yang dibutuhkan oleh perubahan struktural perusahaan,” kata Mayer dalam surat memo itu, demikian laporan Reuters, Kamis (27 Agustus 2020).

“Dengan latar belakang tersebut, dan karena kami berharap dapat segera mencapai kesepakatan, dengan berat hati saya ingin memberitahu Anda bahwa saya memutuskan untuk meninggalkan perusahaan.”

TikTok milik ByteDance China, dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui email, mengonfirmasi pengunduran diri tersebut dan mengatakan bahwa dinamika politik beberapa bulan terakhir telah "secara signifikan mengubah" ruang lingkup peran Mayer.

“Sepenuhnya kami menghormati keputusannya. Kami berterima kasih atas waktunya di perusahaan dan berharap dia baik-baik saja,” kata TikTok dalam sebuah pernyataan kepada Financial Times

Pendiri dan CEO ByteDance, Yiming Zhang, mengatakan dalam surat terpisah bahwa perusahaan bergerak cepat untuk mendapatkan keputusan atas masalah yang dihadapi secara global, terutama di AS dan India.

Posisi Mayer untuk sementara akan digantikan oleh General Manager TikTok AS, Vanessa Pappas.

Mayer bergabung ke TikTok per Mei 2020 setelah mundur sebagai Head of Streaming Walt Disney. Mayer bergabung dengan Disney pada 1993 sebelum keluar pada 2000 untuk menjalankan Playboy.com.

Dia segera kembali ke Disney untuk mengerjakan Go.com, portal web yang akhirnya gagal, dan situs web Disney lainnya, termasuk ESPN.com, sebelum pindah ke perencanaan strategis, demikian tulis The New York Times.

Ketika masuk TikTok, selain sebagai CEO, Mayer juga menjabat sebagai Chief Operating Officer ByteDance.

Tidak jelas apakah Mayer juga mundur dari posisi COO ByteDance.

TikTok saat ini dalam posisi suram di AS. Ini lantaran pemerintah Presiden Donald Trump memberikan ultimatum kepada TikTok AS selama 90 hari untuk menjual kepada perusahaan AS. Microsoft dan Oracle menjadi dua perusahaan yang tertarik untuk membeli TikTok.

Jika tidak ada kesepakatan, Trump mengancam akan memblokir TikTok di AS karena perusahaan dituding memasok data pengguna TikTok AS ke China. TikTok sendiri membantah tudingan itu.

Awal Agustus lalu, Trump meneken surat perintah eksekutif yang berisi larangan BytDance dan Tencent Holdings, induk perusahaan WeChat, untuk bertransaksi dengan perusahaan dan individu AS.[]