Ada Perusahaan China di Balik Bobolnya Ratusan Juta Data Pengguna TikTok, Instagram dan Youtube

Ilustrasi

Cyberthreat.id - Perusahaan keamanan siber Comparitech menemukan sekitar 235 juta data pribadi pengguna Instagram, TikTok, dan YouTube dilaporkan bobol dan ditawarkan untuk dijual di forum online.

Dari total 235 juta data pribadi yang beredar, 191 juta diantaranya adalah data pengguna Instagram, 42 juta pengguna TikTok, dan 4 juta pengguna Youtube yang dimiliki Google.

Dilansir dari Express.co.uk, menurut peneliti utama Comparitech, Bob Diachenko, kebocoran data pribadi besar-besaran itu ditemukan pada 1 Agustus lalu.

"Ini jelas sangat dilarang oleh seluruh perusahaan media sosial karena dapat membahayakan privasi pengguna," katanya.

Lantas, siapa dalang dibalik bocornya data itu? Setelah memeriksa basis data, Bob dan timnya menemukan perusahaan bernama Deep Social. Tapi perusahaan tersebut tidak beroperasi lagi sejak 2018 karena dilarang Facebook dan Instagram setelah ketahuan mengambil data pribadi pengguna mereka secara diam-diam.

"Ketika tim kami mencoba mengonfirmasi temuan itu kepada Deep Social, mereka mengarahkan ke Social Data, perusahaan serupa yang berbasis di Hong Kong, China. Namun, saat ditanya, Social Data membantah memiliki koneksi dengan Deep Social, tapi mengakui melakukan pelanggaran," kata Bob.

Social Data, kata Bob, juga mengaku telah mengamankan basis data yang terbuka itu dengan kata sandi baru.

"Kalau ada yang bilang data pribadi itu telah diretas dan diambil secara diam-diam, kami tegaskan itu salah besar. Semua data-data ini tersedia secara gratis untuk pengguna internet," demikian menurut pengakuan Social Data.

Menurutnya, jaringan media sosial seperti Instagram, TikTok dan YouTube, yang mempublikasikan sendiri data pribadi penggunanya ke pihak luar melalui akun bisnis dan profil publik.

Ada pun data yang tersebar itu berisi nama dan foto, nomor telepon, alamat email, jenis kelamin, usia serta pekerjaan.

Terpisah, Juru Bicara Facebook Stephanie Otway mengatakan, mengambil informasi orang dari Instagram jelas merupakan pelanggaran terhadap kebijakan perusahaan. Ia mencontohkan kasus Deep Social yang akhirnya akses mereka ditutup pada Juni 2018. "Kami tegas dalam melindungi privasi pengguna," paparnya.

Sementara juru bicara TikTok mengatakan menempatkan prioritas tertinggi pada privasi pengguna.

"Kami melarang pihak ketiga menjalankan skrip otomatis untuk mengumpulkan informasi dari layanan kami, termasuk informasi profil publik. Kami juga tidak segan bertindak tegas sesuai dengan kebijakan perusahaan." []