Baru 13 Persen Pelaku UKM di Indonesia Manfaatkan Internet
Cyberthreat.id – Kementerian Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, mengatakan, saat ini baru 13 persen dari 64 juta atau sekitar delapan juta pelaku usaha kecil dan menengah di Indonesia yang telah merambah bisnis via internet.
Asisten Deputi Pemasaran Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Destry Anna Sari, mengatakan, pandemi Covid-19 saat ini berdampak pada sektor UKM, di mana sebanyak 50 persen mengalami sejumlah masalah, seperti permintaan barang yang menurun, distribusi terhambat, dan masalah permodalan.
Baca:
- BSSN Terbitkan Pedoman Proteksi Serangan DDoS Bagi UKM
- Merintis Bisnis via Internet, Pelaku UKM Harus Pahami Keamanan Siber
- Kominfo Launching Lakumkm.id, Diklaim Bakal Menjadi Database UMKM di Indonesia
Tak hanya itu, pandemi juga mengubah pola transaksi yang tadinya dilakukan secara luring (offline) menjadi transaksi daring (online). Oleh karenanya, kata Destry, untuk bertahan di tengah pandemi ini pelaku UKM harus melakukan inovasi dan adaptasi dengan memanfaatkan layanan internet sesuai dengan perubahan perilaku konsumen.
Hal itu disampaikan Destry dalam sedaring bertajuk “Bimbingan Teknis Penerapan Keamanan Informasi E-Commerce Bagi Pelaku UKM” yang digelar via platform lokal Jumpa.id, Senin (24 Agustus 2020).
Destry mengatakan, sangat penting bagi pelaku UKM untuk memanfaatkan teknologi internet dalam mengembangkan usaha.
"Kami mendorong para UMKM lokal ini bergabung bersama dengan komunitas lokal berbasis aplikasi/marketplace (PADI), dan mendorong cashless payment dengan menggunakan QRIS," kata dia.
Baca:
- Ada 131.900 Kasus Ransomware di Indonesia, Kaspersky: Targetkan Sektor UKM!
- Implementasi QRIS Masih Tahap Awal, BI Jamin Pengguna Aman
Menurut Destry, pelaku-pelaku UKM yang telah memanfaatkan internet juga harus tetap memperhatikan prinsip-prinsip keamanan siber.
"Kami juga menekankan sangat penting bagi para pelaku UKM memiliki kompetensi keamanan siber untuk melindungi proses usahanya melalui internet," ujar dia.
Dalam kesempatan sama, Deputi Bidang Proteksi Badan Siber dan Sandi Negara, Akhmad Toha, mengatakan, dalam laporan bertajuk “Data Breach Investigation Report (2019) yang dikeluarkan perusahaan telekomunikasi, Verizon, sebanyak 43 persen UKM menjadi target serangan siber dan hanya 14 persen yang mampu memitigasi dari serangan yang diderita.
Dari berbagai serangan yang ada, kata dia, teknik serangan yang banyak digunakan dalam menargetkan UKM, antara lain peretasan 52 persen, social engineering 33 persen, malware 28 persen, kesalahan konfigurasi 20 persen, penyalahgunaan akun 20 persen, dan serangan fisik empat persen.
"Akibat serangan siber ini UKM harus mengeluarkan biaya [penanganan] sekitar US$ 200.000 atau setara Rp 2 miliar. Ini yang kita tidak inginkan terjadi pada UKM kita," kata Akhmad.[]
Redaktur: Andi Nugroho