Ketum AMSI Tegaskan Kunci Melawan Hoaks Adalah Kolaborasi

Ketua AMSI Wenseslaus "Wens" Manggut saat pembukaan Kongres II AMSI di Jakarta, Sabtu (22 agustus 2020)

Cyberthreat.id - Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Wenseslaus "Wens" Manggut, mengatakan kunci melawan hoaks dan disinformasi adalah menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak. Kolaborasi, kata dia, merupakan bagian dari komitmen bersama untuk memerangi hoaks agar tercipta dunia digital yang sehat dan nyaman.

"Saat ini dunia digital Indonesia masih tergolong baru, begitu pula industri media siber. Tak heran jika marak hoaks dan ujaran kebencian di berbagai media online maupun platform media sosial. Dan telah berkembang salah satunya menjadi produk iklan," kata Wens dalam pembukaan Kongres II AMSI di Jakarta, Sabtu (22 agustus 2020).

AMSI telah menjalin kerjasama dengan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) yang menginisiasi platform Cek Fakta dalam mengklarifikasi hoaks dan menjernihkan informasi di ranah digital.

Kolaborasi AMSI-Mafindo diikuti puluhan media siber anggota AMSI yang membantu dan berkontribusi dalam upaya menyehatkan ruang digital dari sampah informasi yang beredar. Tujuannya adalah menyuguhkan informasi yang valid dan terverifikasi kepada khayalak ramai.

Wens mengakui, persoalan hoax dan ujaran kebencian di media online maupun platform media sosial sedikit terkendala dengan adanya konsep kebebasan berpendapat dan berekspresi (freedom of speech).

"Hoax merajalela, dan di banyak platform, ujaran kebencian bahkan menjelma menjadi semacam produk yang bisa diperjualbelikan," ungkap Wens.

"Dengan pengalaman dan sumber daya mumpuni di bidang jurnalistik, media siber anggota AMSI terjun untuk melakukan verifikasi dan menyebarluaskan fakta yang didapat melalui seluruh saluran yang mereka miliki, termasuk situs Cek Fakta itu sendiri."

Kolaborasi media dalam Cek Fakta berupaya membantu mengecek akurasi dan kebenaran informasi yang menimbulkan kontroversi, kehebohan, atau bahkan konflik di tengah masyarakat.

Wens juga meminta media siber tidak mementingkan jumlah klik dan lebih mengutamakan mutu berita. Menurut dia, ekosistem media siber jauh lebih rumit daripada yang diketahui banyak orang. Meskipun media siber menguasai konten, tetapi jalur distribusi dan penjualan dikuasai pihak lain.

"Para pengiklan ini menjadikan jumlah klik atau view sebagai patokan, sehingga mendorong banyak media siber menerapkan strategi yang mendahulukan kuantitas pembaca atau penonton," ujarnya. []

Redaktur: Arif Rahman