Punya Informasi Serangan Hacker ke Pilpres AS 2020, Hadiahnya US$ 10 Juta, nih!

Sumber: Departemen Luar Negeri AS via ZDNet

Cyberthreat.id – Pemerintah Amerika Serikat pada Rabu (5 Agustus 2020), mengumumkan, hadiah hingga US$ 10 juta (sekitar Rp 146 miliar) bagi siapa saja yang mendapatkan informasi apa pun—baik individu yang bekerja dengan maupun untuk pemerintah asing—yang bertujuan mengganggu pemilu melalui serangan dunia maya.

“Serangan itu termasuk menargetkan kepada pejabat KPU AS, infrastruktur pemilu, mesin pemungutan suara, juga kandidat serta stafnya,” demikian tulis ZDNet, diakses Kamis (6 Agustus 2020) mengutip pernyataan Departemen Luar Negeri AS.

Sejak lama AS menyadari pemilu mereka menjadi target peretas (hacker). Isu gangguan peretas ini mengemuka sejak Pilpres 2016.

Pada 3 November 2020, AS mulai tahapan pemilihan presiden. Petahana Donald Trump akan melawan pesaingnya dari Partai Demokrat Joe Biden.

Namun, Deplu AS  mengatakan hadiah itu berlaku untuk segala bentuk peretasan pemilu, di tingkat mana pun, seperti pemilu yang diadakan di tingkat federal, negara bagian, atau lokal.

"Musuh asing dapat menggunakan operasi siber berbahaya yang menargetkan infrastruktur pemilu, termasuk database pendaftaran pemilih dan mesin pemungutan suara, untuk mengganggu pemilu di Amerika Serikat," kata Deplu.

"Musuh semacam itu juga dapat melakukan operasi dunia maya yang berbahaya terhadap organisasi atau kampanye politik AS untuk mencuri informasi rahasia dan kemudian membocorkan informasi tersebut sebagai bagian dari operasi pengaruh untuk melemahkan organisasi atau kandidat politik."

Menurut Deplu, tujuan hadiah tersebut guna menangkap dan menuntut peretas yang disponsori negara asing.

Hadiah akan dibayarkan melalui program "Reward for Justice” yang dibuat Deplu dan hanya berlaku untuk informasi yang diberikan tentang aktivitas peretas terkait pemerintah asing dan bukan sembarang peretas.

“Ini adalah hadiah utama ketiga yang ditawarkan untuk informasi peretas melalui program tersebut. Pada April lalu, Deplu juga nawarkan hadiah US$ 5 juta (sekitar Rp 73 miliar) untuk informasi yang mengarah pada identifikasi dan penangkapan peretas pemerintah Korea Utara,” tulis ZDNet.

Kala itu, Deplu menengarai peretas Korea Utara bertanggung jawab atas sejumlah besar serangan dunia maya yang berfokus pada keuntungan finansial dalam beberapa tahun terakhir.

Lalu, pada Juli lalu, Deplu juga mengumumkan lagi hadiah besar US$ 2 juta (sekitar Rp 29 miliar) untuk informasi tentang dua peretas Ukraina terkait serangan di Komisi Sekuritas dan Bursa AS pada 2016.[]