Melihat Insiden Telstra: Internet Mati, Bisnis Terhenti, dan Transaksi Online Disetop

Ilustrasi

Cyberthreat.id - Serangan cyber terhadap jaringan Telstra pada Minggu (2 Agustus 2020) menyebabkan putusnya koneksi internet terhadap puluhan ribu rumah tangga sekaligus masalah nyata bagi semua operator dan Pemerintah Australia. Insiden besar-besaran itu menunjukkan betapa mudahnya Australia dihentikan oleh hacker China atau Rusia yang melakukan serangan penolakan layanan (denial of service attack) terhadap infrastruktur kritis.

"Saat insiden terjadi, jutaan rumah di Australia tanpa koneksi internet dan itu berarti tidak ada kamera keamanan IP (Internet Protocol), tidak ada teknologi rumah pintar, dan tidak ada streaming konten atau aktivitas mengakses web," kata jurnalis teknologi Australia, David Richards, dilansir Channel News, Minggu (2 Agustus 2020).

Dalam kolom opininya, Richards yang merupakan founder 4Square Media, menyatakan realitas sebenarnya dari perang cyber adalah membuka pintu ke perang selanjutnya yakni perang menggunakan rudal.

Menurut dia, kekuatan asing seperti China akan bergerak dengan cepat merobohkan jaringan operator Australia, persis seperti serangan cyber yang dilakukan terhadap Telstra. Bahkan, seandainya insiden Telstra merupakan perang, maka penyerang akan merobohkan jaringan listrik dan berupaya mengontrol layanan kritis lainnya.

Selama insiden terjadi, ratusan bisnis tak bisa beroperasi, tak bisa melakukan transaksi pembayaran melalui Internet, sementara ribuan rumah tanpa pasokan kritis yang disebut broadband.

Serangan cyber yang sedang dilakukan oleh pemerintah asing seperti China dan Rusia memang berusaha untuk menjatuhkan pemerintah Federal lewat operasi serangan cyber.

"Serangan cyber ke Telstra adalah serangan digital langsung yang menghantam server menggunakan virus dan alat peretasan (hacking tools)," ujarnya.

Dalam kasus Telstra, penyerang memilih untuk mempengaruhi Domain Name System (DNS) yang pada dasarnya merupakan "buku telepon" Internet. Semua orang dan puluhan ribu bisnis mengakses informasi online melalui nama domain, misalnya, Telstra.com.au atau news.com.au.

"Setiap hari kita menjelajahi website untuk mendapatkan informasi melalui apa yang disebut alamat IP."

DNS menerjemahkan nama domain ke alamat IP sehingga browser dapat memuat sumber daya dan informasi Internet yang dicari pengguna, email misalnya. Dalam kasus Telstra, setelah penyerang menghentikan operasinya, jutaan bisnis terputus secara instan bersamaan dengan putusnya broadband ke jutaan pengguna.

Peringatan Dini

Bulan lalu Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, memperingatkan masyarakat Australia tentang ancaman cyber yang dapat dengan mudah mengacaukan sistem komputer bisnis atau sistem pemerintah. Morrison mengatakan, serangan cyber bertujuan menciptakan kerusakan, kematian, dan kehancuran.

Perang masa depan merupakan perang dimana hacker menggunakan kode komputer untuk menyerang infrastruktur musuh. Serangan cyber seiring dengan pertempuran bersama pasukan di lapangan menggunakan senjata konvensional seperti alat berat dan rudal.

Richards menyebut tindakan penyerang menargetkan Telstra awalnya berniat menembus jaringan. Sebaliknya sistem jaringan sudah seharusnya memiliki skenario perlindungan untuk menghentikan serangan.

"Setidaknya, mereka sudah memiliki sistem peringatan dini (early warning system) untuk menghentikan serangan hacking," ungkap Richards yang juga founder Ogilvy PR Company.

Pantai Timur Australia: Brisbane, Sydney, dan Melbourne merupakan wilayah yang menjadi hotspot utama serangan


Richards menuturkan, layanan broadband rumahan Telstra - termasuk layanan National Broadband Network (NBN) milik pemerintah - sangat terpengaruh akibat insiden tersebut. Masyarakat Victoria kesulitan mendapatkan akses informasi bahwa wilayah mereka mengalami pemadaman (outage), sementara orang-orang di wilayah itu sedang menghadapi pembatasan Level 4 akibat dampak pandemi Covid-19.

Menurut DownDetector.com, pemadaman itu telah mempengaruhi pengguna di sepanjang pantai timur Australia, termasuk Sydney dan Melbourne.

Telstra dalam keterangan resminya mengungkapkan masalah pemadaman terjadi karena "lalu lintas jahat (malicious traffic) menyerang beberapa layanan kami."

"Kami yakin telah memblokir semua lalu lintas berbahaya ini dan berupaya membuat semuanya kembali berjalan normal."

Saat ini, jumlah orang-orang yang mengakses jaringan NBN Australia terus meningkat dan mencatatkan rekor baru. Peningkatan itu terjadi di saat orang-orang semakin banyak memindahkan pekerjaannya ke rumah (work from home) dan menerapkan belajar jarak jauh. []