Mencetak Talenta Cybersecurity Perlu Dukungan Sektor Akademik
Cyberthreat.id – Ketua Asosiasi Big Data Indonesia (ABDI) Rudi Rusdiah mengatakan persoalan mendasar di bidang keamanan siber (cybersecurity) adalah menyiapkan sumber daya manusia.
Oleh karenanya, menurut dia, perlu dukungan dari sisi akademik untuk membantu menyiapkan talenta-talenta keamanan siber. Cisco System, misalnya, membentuk sebuah akademi yang bekerja sama dengan kampus-kampus.
Problem tenaga kerja keamanan siber, diakui Rudi, bukan saja terjadi di Indonesia. “Cybersecurity di Eropa [juga] sangat kekurangan tenaga itu,” ujar Rudi dalam sedaring bertajuk “Staying Cyber-Secured During Remote Working”, Rabu (22 Juli 2020).
Ia menyarankan agar kampus-kampus perlu merancang kurikulum agar lebih mudah diterapkan di dunia industri. “Applicable gitu. Kalau enggak, tidak ada gunanya,” ujar Rudi.
Kampus-kampus dinilai sudah saatnya memiliki mata kuliah spesifik, seperti cybersecurity, big data, kecerdasan buatan (AI). Karena bidang-bidang seperti itu, menurut dia, penting sekali untuk menghadapi industri 4.0.
Sementara itu, Enterprise Cyber Security Cisco Indonesia, Milton Siahaan berpendapat, bahwa Indonesia memiliki kemampuan untuk sumber daya manusia di bidang keamanan siber.
“Kita orang indonesia itu jago-jago, penuh talenta, yang perlu kita siapkan itu bagaimana infrastruktur mendukung. Di beberapa universitas itu sudah ada yang membuka cybersecurity,” kata Milton.
Selain di universitas, kata Milton, di luar pendidikan formal pun juga banyak yang menyediakan sertifikat yang memungkinkan seseorang berkarier di dunia keamanan siber.
Menanggapi hal itu, Direktur Identifikasi Kerentanan dan Penilaian Risiko Ekonomi Digital Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Nunil Pantjawati, mengatakan, sebetulnya BSSN telah menyusun peta okupasi khusus SDM di bidang keamanan siber dan secara bertahap akan menyiapkan bersama stakeholder lain tentang Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).[]
Redaktur: Andi Nugroho