Untuk Para Orangtua, Anak-anak Perlu Diajari Selfie yang Benar dan Aman

Ilustrasi | Foto: Freepik

Cyberthreat.id -  Anak-anak yang lahir di era media sosial dan terkoneksi akan menjadi generasi yang paling mudah dilacak. Ini adalah karakter generasi era digital, dimana hampir seluruh kegiatan dalam hidupnya terdokumentasi dengan baik dan di-posting media sosial.

Saat ini, media sosial sudah menjadi kebutuhan primer untuk bersosialisasi hingga berbisnis. Menurut perkiraan, anak yang lahir tahun 2019 adalah generasi yang paling mudah diketahui.

Saat mereka berusia 18 tahun, anak-anak yang lahir tahun 2019 diprediksi akan memiliki 70 ribu postingan di internet. Peneliti ESET mengatakan banyak orang tua bahkan guru masih sangat buta keamanan dan keselamatan saat memposting foto selfie di jejaring sosial.

"Tanpa berpikir panjang atau memeriksa lebih teliti secara menyeluruh pada foto yang di-posting, hanya satu klik dan ditayangkan untuk dilihat semua orang," tulis peneliti ESET di blognya baru-baru ini.

Sikap ceroboh dan tidak hati-hati ini harus menjadi perhatian serius banyak pihak, mulai dari sekolah hingga negara. Banyak gambar yang dibagikan tanpa sengaja mengungkapkan informasi sensitif, seperti keberadaan seseorang atau barang berharga di belakang foto.

Sebagai contoh, seorang anak yang memberikan lokasinya dapat memiliki konsekuensi serius, terutama jika orang tua atau wali tidak ada di dekatnya.

Ancaman digital di balik selfie spontan bisa saja cyberbullying. Seorang anak yang memposting foto diri dalam pose atau situasi yang memalukan dapat dengan mudah menjadi sasaran cyberbully dari seluruh dunia dan bisa sangat menghancurkan dirinya secara psikologis.

Berikut tips peneliti ESET dalam melakukan selfie yang aman dan benar bagi anak:

1. Anak-anak perlu panutan atau role model dalam bersikap. Bahkan orang dewasa pun harus memperhatikan apa yang mereka posting. Anak-anak yang lebih kecil sering meniru orang tua. Bagi anak-anak, orangtua adalah figur terdekat yang di copy 100 persen.

Jika perilaku orangtua tidak sesuai atau tidak baik, anak akan melakukannya juga. Sebaliknya jika orangtua mampu menampilkan dirinya secara baik, menjadi contoh atau teladan yang benar untuk anaknya, anak pastinya akan mengikutinya.

2. Setiap tahun, lebih banyak orang mati saat selfie daripada terbunuh oleh hiu. Alasan ini sangat masuk akal. Penting bagi orang tua untuk menjelaskan kepada anak-anak bahwa tidak ada foto yang sepadan dengan risiko bahaya apalagi nyawa.

Anak-anak juga harus selalu waspada terhadap lingkungan sekitarnya saat mengambil gambar atau bermain game di perangkat.

3. Orang tua harus mengajari anak-anak bahwa apa pun yang diposting di internet tetap ada di sana selamanya. Tidak ada tombol "delete" yang ajaib. Jadi, lebih baik untuk berpantang daripada menyesal nanti.

4. Jika anak-anak baru mulai belajar menggunakan media sosial dan smartphone, maka orangtua harus selalu ada di dekat mereka. Ini wajib. Bantulah anak-anak untuk melindungi privasi mereka dan tunjukkan pada mereka cara memperlakukan setiap gambar.

5. Gunakan aplikasi atau tools terbaik untuk melindungi anak. Banyak tersedia aplikasi keamanan untuk anak dan berhati-hati dalam meng-install terutama untuk validasi dan keamanan. ESET memiliki aplikasi ESET Parental Control yang dapat diandalkan untuk mengawasi aktivitas anak saat online.

6. Bagikan kisah sehari-hari Anda tentang praktik baik dan buruk dengan selfie di antara semua anggota keluarga. Pengalaman online sama pentingnya dengan pengalaman di dunia nyata. Seiring bertambahnya usia, bersiaplah untuk dialog terbuka yang bakal jauh lebih efektif serta jangan pernah bersikap otoriter terhadap anak.

"Aturan praktis yang baik untuk semua yang diposting secara online: Jika Anda tidak ingin ibu atau ayah melihatnya, Anda mungkin tidak boleh mempostingnya."[]