Zoom Mulai Perluas ke Layanan Berlangganan Perangkat Keras

Zoom | Foto: Zoom.us

Cyberthreat.id – Zoom Video Communications Inc, pengembang layanan telekonferensi video Zoom, kini memperluas layanan tak sekadar aplikasi (software), tapi juga perangkat keras (hardware).

Pada Selasa (7 Juli 2020), seperti dikutip dari Reuters, Zoom meluncurkan layanan berlangganan perangkat keras. Dengan perangkat keras khusus, akses aplikasi menjadi kian mudah dan pengguna diberi pilihan untuk berlangganan ponsel (Zoom Phone) dan ruang rapat (Zoom Rooms).

Paket langganan perangkat Zoom Phone, misalnya, dihargai antara US$ 5,99 hingga US$ 60 per bulan berdasarkan pilihan perangkat. Sementara, biaya untuk perangkat keras untuk Zoom Rooms berkisar US$75 hingga US$ 200 per bulan.

Saat ini, Zoom telah bermitra dengan sejumlah produsen perangkat keras, seperti DTEN, Neat, Poly, dan Yealink untuk perangkat "Zoom Phone dan Zoom Rooms.

Selama pandemi Covid-19, Zoom menjadi aplikasi telekonferensi video yang paling naik daun di dunia. Karena popularitasnya, aplikasi ini seringkali menjadi sasaran pembuat onar, yang berpura-pura menjadi peserta. Kejadian ini terkenal dengan istilah “Zoombombing”.

Namun, Zoom kini akan menerapkan teknologi enkripsi end-to-end. Enkripsi E2E memungkinkan data bergerak di antara perangkat dalam bentuk yang tak dapat dibaca oleh siapa pun selain si penerima.

Artinya aktivitas apa pun dalam platform tersebut terlindungi dari pengintaian oleh penyedia layanan internet (ISP), pemerintah, atau bahkan tim TI platform itu sendiri.

Pendukung privasi sangat merekomendasikan teknologi enkripsi tersebut, sedangkan kalangan aparat penegak hukum di posisi sebaliknya karena enkripsi dianggap mempersulit proses penyelidikan jika terjadi kejahatan siber.

Untuk menggunakan fitur enkripsi E2E, kata Zoom, pengguna gratis/dasar harus melewati proses verifikasi tambahan. Pengguna gratis akan diminta memverifikasi nomor telepon melalui pesan teks.

“Banyak perusahaan terkemuka melakukan langkah-langkah serupa pada pembuatan akun untuk mengurangi penciptaan massal akun yang tidak jelas,” tutur Zoom.

“Kami yakin bahwa dengan menerapkan otentikasi berbasis risiko, dalam kombinasi dengan berbagai alat kami saat ini — termasuk fungsi Report a User kami — kami dapat terus mencegah penyalahgunaan,” Zoom menambahkan.

Meski terdapat fitur enkripsi E2E, semua pengguna akan tetap menggunakan enkripsi transport AES 256 GCM secara default. Sementara, enkripsi E2E akan menjadi fitur opsional karena membatasi beberapa fungsi pertemuan.

Enkripsi E2E akan menjadi fitur opsional karena membatasi beberapa fungsi pertemuan, seperti kemampuan untuk memasukkan saluran telepon Public Switched Telephone Network (PTSN) tradisional atau sistem ruang konferensi perangkat keras SIP/H.323.

“Nantinya, host atau admin yang mengaktifkan atau menonaktifkan enkripsi E2E berdasarkan setiap pertemuan,” kata Zoom.[]