Lagi, Surat Edaran Palsu Kemendikbud yang Meminta Data Siswa dan Orang Tua

Ilustrasi

Cyberthreat.id - Pencurian data kian marak. Bahkan permintaan data ilegal dilakukan dengan mengatasnamakan lembaga negara. Baru-baru ini oknum kejahatan menyebarkan Surat Edaran (SE) palsu yang berasal dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Surat tipu-tipu itu diedarkan dalam rangka bantuan dana yang akan diberikan kepada peserta didik yang harus bersifat transparan. Jika korban tidak teliti dan dan tidak melakukan cek dan ricek, maka kejahatan cyber ini dengan mudah terjadi.

SE yang beredar itu bernomor 5749/D/R/2019. Agar terlihat sah, surat juga ditandatangani oleh Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Hamid Muhammad, yang ditujukan kepada Kepala Sekolah SD/SMP/SMA/SMK/SLB di seluruh Indonesia.

Dengan iming-iming bantuan dana, para penjahat meminta sejumlah data siswa/siswi yang berprestasi untuk mendapatkan bantuan dana.

Data-data yang diminta, termasuk:

1. Nama Peserta Didik
2. Nomor Induk Siswa Nasional
3. Prestasi Peserta Didik
4. Nama Orang Tua (ayah dan ibu)
5. Pekerjaan Orang Tua
6. Nomor Handphone
7. Alamat dan Tempat Tanggal Lahir

Dijelaskan bahwa data tersebut merupakan persyaratan pemberian bantuan dana. Menurut surat palsu itu, sejumlah data tersebut dapat dikirim melalui surat elektronik, yaitu dikirim ke dapodikdasmen_kemendikbud@yahoo.com dengan menggunakan format terlampir dalam bentuk file Microsoft Excel atau Word.

Faktanya, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tidak pernah mengeluarkan surat tersebut. Walhasil, Kemendikbud melabeli surat tersebut sebagai hoaks.

"Berikut ini terlampir surat hoaks yang beredar di masyarakat mengenai Permintaan Data Siswa Berprestasi Tahun Ajaran 2019/2020. Kepada seluruh masyarakat dimohon untuk berhati-hati terhadap adanya surat palsu tersebut dan selalu melakukan konfirmasi terlebih dahulu ke Kementrian," tulis Kemendikbud sebagaimana dilansir dari laman resmi, Selasa (7 Juli 2020).

Meskipun belum jelas berapa banyak korban yang ditipu surat palsu itu, menjadi sangat penting untuk berhati-hati dan teliti sebelum mengirimkan data-data penting. Januari 2019 modus serupa juga pernah terjadi dan Kemendikbud menerbitkan peringatan. Artinya, ini adalah kejadian berulang kali. []

Redaktur: Arif Rahman