CISSReC: Data 91 Juta Akun Tokopedia Diunduh Bebas di Forum, Ada Bukti Peretasan

Ilustrasi | Foto: Istimewa

Cyberthreat.id - Pakar keamanan cyber dari CISSReC (Communication and Information System Security Research Center), Pratama Persadha, mengatakan Tokopedia harus bertanggung jawab terhadap insiden pelanggaran data yang mengakibatkan kebocoran data 91 juta akun.

Awal Mei 2020, Tokopedia dihantam kebocoran data 15 juta akunnya. Ketika itu, akun yang membocorkan juga menginfokan memiliki dan akan menjual total 91 juta data pengguna Tokopedia.

"Data yang sebelumnya diperjualbelikan seharga US$ 5.000 atau sekitar Rp 70 juta itu kini bisa didownload secara bebas," kata Pratama dalam siaran pers kepada Cyberthreat.id, Minggu (5 Juli 2020).

Sebelumnya, pada Sabtu sore (4 juli 2020), salah satu anggota sebuah grup Facebook terkait keamanan siber yang berisikan hampir 15 ribu anggota memberikan link tautan untuk mengunduh data Tokopedia sebanyak 91 juta secara bebas.

Saat ditelusuri, link tersebut bersumber dari salah satu akun bernama @Cellibis di forum Raidsforum yang memang sudah membagikan lebih dulu pada Jumat 3 juli 2020. Akun tersebut membagikan secara hampir cuma-cuma di Raidforums yang sebelumnya dia dapatkan dari cara membeli data tersebut di Dark Web sebesar $5000.

"Tokopedia jelas harus bertanggungjawab karena data pengguna yang mereka kelola bocor dan pastinya akan banyak pihak yang menggunakan untuk tindak kejahatan" tegas Pratama.

"Ini membuktikan bahwa Tokopedia benar-benar sudah diretas, tidak seperti penjelasan Tokopedia sebelumnya yang mengatakan "hanya" terjadi upaya peretasan di platformnya."

Pratama menuturkan, meski download data itu gratis, pada saat pengunduhan memang tidak mudah. Dikarenakan file itu disimpan di server Amerika sehingga harus menggunakan VPN dengan IP Amerika.

Raidforums diketahui memiliki mata uang tersendiri, dan semua member yang mendaftar terlebih dahulu bisa menggunakannya. Member bisa men-depositkan uang melalui layanan Paypal minimal sebesar 8 euro yang jika dirupiahkan sebesar Rp 130 ribu akan mendapatkan 30 credit.

Diunduh Puluhan Akun

Untuk mendapatkan data 91 juta akun Tokopedia dibutuhkan pembayaran seharga 8 credit. Jika sudah dilakukan, maka link hosting dari pihak ketiga akan muncul dan siap diunduh dengan hasil unduhan berbentuk format .zip dan ukuran data sebesar 9,5Gb. Lalu setelah dilakukan ekstrak dihasilkan file akhir berbentuk .txt sebesar 28,5Gb.

"Tapi, tidak lantas kita bisa membuka file teks sebesar itu, harus ada aplikasi khusus semisal Ultraedit untuk bisa membukanya," jelas Pratama.

Setelah berhasil membuka file, pengunduh bisa melihat data sebanyak 91.174.216 yang berisikan nama lengkap, nama akun, email, toko online, tanggal lahir, nomor HP, tanggal mendaftar, serta beberapa data yang terenkripsi berbentuk hash.

Fitur pencarian juga bisa dilakukan dengan mudah seperti keyword email atau nomor telepon yang ingin dicari bisa dengan mudah ditemukan.

Lemahnya Regulasi

Hingga hari Minggu (5 Juli 2020) pukul 10.00 WIB, tautan link untuk mengunduh data 91 juta akun Tokopedia masih bisa diakses dan sudah ada 58 anggota yang sudah mengunduhnya. Pada tautan tersebut tertulis link akan kadaluarsa sampai 5 hari ke depan. Data yang bocor sama dengan awal Mei 2020 lalu, yaitu data yang diambil per bulan Maret 2020.

Menurut Pratama, episode kebocoran data di Indonesia terus berlanjut, membuktikan betapa lemahnya regulasi perundang-undangan Indonesia yang menaungi wilayah siber dan data pribadi.

"Sekali lagi, RUU Pelindungan Data Pribadi harus segera diselesaikan dan wajib mengatur sanksi serta standar teknologi yang dijalankan untuk penyelenggara sistem elektronik," ujarnya.

Tanpa aturan yang tegas terhadap setiap penyelenggara sistem elektronik, baik negara maupun swasta, tidak bakal ada tekanan untuk membuat sistem dan maintenance terbaik.

Menurut Pratama, regulasi GDPR (General Data Protection Regulation) di Eropa memberikan contoh bagaimana aturan turunannya memberikan list teknologi apa saja yang harus diaplikasikan. Jika ada kebocoran data harus dilakukan pemeriksaan, dan apabila ada hal yang belum dilakukan, maka bisa dikenai tuntutan dengan nilai maksimum 20 juta euro.

"Kalau data ini jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab, sangat memungkinkan digunakan sebagai sumber dasar tindakan kriminal."

Adapun data yang sudah beredar bisa digunakan untuk tindak kejahatan, Misalnya telemarketing palsu. Yang paling berbahaya pihak-pihak mengaku dari Tokopedia menelpon calon korban. Karena nama, email dan nomor seluler jelas valid. Memudahkan para penipu meminta sejumlah uang mengaku dari pihak manapun termasuk Tokopedia.

Lebih lanjut, jika para pelaku jago melakukan cracking hash, maka password memungkinkan diketahui dan selanjutnya bisa terjadi pengambilalihan akun.

"Bila seperti ini terus menerus terjadi, dimana perlindungan keamanan siber bagi masyarakat? Karena disaat yang sama penyelenggara sistem transaksi elektronik juga sulit dimintai tanggung jawab."[]