Alibaba Rekrut Sejuta Influencer untuk Bersaing di Pasar Global
Cyberthreat.id - Platform e-commerce raksasa Alibaba berencana merekrut sejuta influencer untuk memenangkan persaingan global. Platform asal China itu menyatakan akan memakai jasa influencer multinasional dari berbagai negara hingga 2023 untuk membangun basis pengguna yang semakin kuat secara global.
Selama ini, Alibaba telah menguasai pasar China dimana mereka merupakan tuan rumah dengan penduduk 1,4 miliar dan 55 persennya adalah pengguna internet (sensus 2017). Tantangan berikutnya adalah bagaimana Alibaba mentransfer keberhasilan domestik bernilai miliaran dolas AS ke negara lain dengan tantangan pasar yang berbeda-beda.
Jeffrey Towson - mantan profesor investasi yang memiliki spesialisasi dalam teknologi China di Universitas Peking - mengatakan Alibaba harus melakukan inovasi dan strategi kreatif untuk meraih pasar global. Jika selama ini mereka kuat di pasar domestik China, maka cara belanja yang inovatif akan membuka peluang bagi Alibaba menciptakan celah di pasar internasional.
"Ini adalah perpanjangan (tangan) alami dari strategi domestik Alibaba," kata Jeffrey Towson dilansir Nikkei Asian Review, Senin (22 Juni 2020).
Sejauh ini, penjualan dari segmen perdagangan internasional Alibaba hanya menyumbang satu digit (di bawah 10 persen) dari total pendapatannya. Padahal bos Alibaba, Jack Ma, telah memasang target di tahun 2025 pendapatan global mereka imbang 50-50 untuk pasar domestik dan pasar global.
E-commerce dan Livestreaming
Kepala operasional Aliexpress, Yuan Yuan, mengatakan sejuta influencer yang direkrut Alibaba diantaranya bertugas melakukan inovasi promosi-pemasaran lewat layanan livestreaming yang dikombinasikan dengan e-commerce.
"E-commerce berbasis Livestreaming membantu membangun kepercayaan pelanggan," kata Yuan Yuan.
"Ketika Anda menonton streaming langsung, Anda dapat langsung berinteraksi dengan penjual (influencer) lalu mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang produk," ujarnya.
Apa yang diucapkan Yuan Yuan baru-baru ini dibuktikan oleh Alibaba saat menggunakan jasa influencer Valentina Avalon. Influencer berbahasa Rusia itu menghabiskan waktu satu jam video call berinteraksi dengan pengikutnya, berbicara tentang pakaian dan fashion.
Valentina Avalon berbicara panjang lebar di rumahnya di Kharkiv, Ukraina. Selama acara streaming 90 menit tersebut, ribuan pembeli berbahasa Rusia berbondong-bondong masuk ke salurannya, mengobrol dengannya, dan melihat sejumlah produk - bertepatan dengan AliExpress memulai gala penjualan pertengahan tahun.
"Orang-orang datang ke streaming bukan karena mereka suka belanja, tetapi karena mereka suka berinteraksi," kata Avalon kepada Nikkei.
"Saya pikir livestreaming telah menjadi cara belanja modern," ujarnya.
Perkawinan antara livestreaming dan e-Commerce juga membantu memenangkan pembeli Gen-Z yang lebih muda, yang lebih cenderung menghabiskan waktu mengutak atik aplikasi dan livestreaming.
Penjualan melalui livestreaming masih dalam tahap awal di Barat, tetapi konsep seperti itu telah lama terbukti di China. Tahun lalu, sekitar 433,8 miliar yuan ($ 61,3 miliar) produk dijual melalui streaming langsung di China. Data itu menurut konsultan yang berbasis di Guangzhou, iiMedia Research.
Bagi banyak orang di China, influencer adalah teman yang belum pernah mereka temui. Ketika para bintang online berbagi kehidupan sehari-hari di media sosial, mereka membentuk ikatan emosional dengan pemirsa/pembeli.
Kepercayaan yang diperoleh memungkinkan influencer untuk memiliki suara (provokasi) dalam proses pengambilan keputusan konsumen China, membimbing mereka ke dalam apa yang harus dibeli atau ke mana harus pergi.
Perusahaan China lainnya seperti JD.com dan Pinduoduo juga merangkul livestreaming untuk meningkatkan penjualan - tetapi sejauh ini hanya Alibaba yang mencoba teknik ini di pasar internasional.[]